Mohon tunggu...
Trianto ibnuBadar
Trianto ibnuBadar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku; Seniman; Pengamat, Praktisi, Birokrasi, Pemerhati Pendidikan, Seni dan Budaya

Olahraga, penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sunan Kalijaga: Wali Pengusung Kearifan Budaya Lokal [Bagian 1]

20 Juli 2022   17:02 Diperbarui: 21 Juli 2022   06:13 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gejolak Hati Sang Pangeran Tuban-Raden Said

Istana Tuban tampak mewah, megah dan indah. Kotanya dikelilingi oleh pagar dari papan, berjarak satu tembakan panah dari laut. Ada lapisan pagar batu yang dibuat dari batumerah, tebalnya dua depa dan tingginya lima belas depa. Di luar dinding ada danau yang juga mengelilingi kota. Di kaki tembok sebelah dalam ada tanaman berduri. Di pinggir dinding juga terdapat panggung-panggung dari papan.

Keluarga terkemuka hidup dalam puri yang terdiri atas suatu kompleks bangunan dikelilingi oleh tembok. Di depan ada pintu besar, berukiran indah. Di dalam puri ada rumah-rumah mewah yang didiami oleh kelarga-keluarga.

Bupatinya seorang hartawan. Ia memiliki tanah yang luas, banyak keris, tombak, trisula, tiga ekor gajah, seribu ekor anjing. Dia mempunyai banyak rumah, kesemuannya merupakan bangunan indah. Ia memiliki banyak selir. Setiap pagi ia ke luar dengan mengendarai kereta yang penuh dengan ukiran-ukiran indah. Hanya kadang-kadang saja ke luar mengendarai kuda atau gajah.

Siapakah yang menjadi penguasa Tuban saat itu? Dia adalah Raden Sahur putra Raden Haryo Tedjo atau Syeikh Abdurrahamn yang menjabat sebagai bupati Tuban ke-7. Sepeninggal Raden Arya Tedja, Raden Sahur diangkat menggantikan sang adipati dan bergelar Adipati Haryo Wilwatika atau Haryo Tedja II, dan menjadi bupati Tuban ke-8.

Adipati Arya Wilwatika adalah adipati yang sangat taat dan setia pada rajanya yaitu Raja Majalahit yang beribukotan Daha. Hal ini terbukti, ketika masa paceklik (kemarau panjang dengan hasil bumi yang rendah), tetapi Majapahit tetap meminta hasil upeti. Maka jalan yang dilakukan adalah menarik pajak (upeti} kepada rakyat untuk memenuhinya. Padahal saat itu rakyat benar-benar melarat, dan diambang kelaparan. Tanah pertanian kering karena sungai kering akibat tiadanya hujan turun, para petani sangat menderita karena tidak panen, atau hasil pertanian lainnya. Peternakan juga minimal, karena makanan hewan ternak yang kurang. Tuban benar-benar sedang dalam suasana kekerirngan.

Sang adipati Haryo Wilwatikta memiliki dua orang putra, yang sulung laki-laki bernama Raden Said, seorang pemuda tampan, cerdas, dan penuh wibawa. Sedangkan anak keduanya seorang gadis yang sangat cantik, ceria, dan baik hati. Ia bernama Dewi Rasawulan. Kedua putra-putri tersebut sangat dimanja oleh sang Adipati dan istrinya, dan mereka hidup bergelimangan kemewahan.

Meski hidup dalam istana yang mewah, gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak melihat ketidakadilan yang terjadi di Kabupaten Tuban. Putra Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta, ini prihatin dan marah tatkala melihat para oknum petugas pajak Kadipaten Tuban yang sewenang-wenang saat menarik pajak. Tidak jarang, rakyat yang sudah susah itu dirampas hasil panen mereka.

Urusan pajak ini memang sudah menjadi perintah Raden Sahur, begitu Tumenggung Wilatikta sering dipanggil. Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakin sengsara. Mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka.

Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak. Raden Said tidak bisa berbuat banyak dengan apa yang dilihatnya itu.

Ia hanya bisa memprotes kondisi tersebut kepada sang ayah. Tumenggung Wilatikta adalah muslim, kendati termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu. Raden Said pun sejak kecil sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun