Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pelajaran dari 2023: Lolos Beasiswa setelah Gagal Sebelumnya

2 Januari 2024   15:53 Diperbarui: 17 Januari 2024   17:44 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang saya sadari dari tes pertama yang gagal, bahwa tes TPA tidak melulu perkara kita bisa mengerjakan dengan tepat, tapi perlu juga mengerjakan dengan cepat. Ya, jadi perlu benar dan cepat. Yang biasa mendapat nilai bagus saat sekolah, perkara benar ini biasanya cukup bisa diandalkan. Mereka memang memiliki kemampuan dan potensi akademik yang baik untuk memahami dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Namun perkara kecepatan, hal ini memang perlu dilatih.

Yang pintar pun, perlu melatih diri sebelum pertandingan agar tingkat kecepatan menyelesaikan soal dapat diandalkan. Kecepatan hanya bisa didapat dari berlatih beberapa hari sebelum pelaksanaan tes. Dan itu yang saya lakukan.

Saya mengevaluasi di tipe soal mana yang loading otak saya agak lama, maka di sana harus saya latih betul-betul berikut juga mencari trik penyelesaikan versi cepat. 

Karena sekali lagi, benar saja tidak berguna jika untuk mendapatkan nilai tinggi yang lolos kualifikasi beasiswa.

Belajar lagi materi-mater Bahasa Inggris untuk keperluan TOEFL

Saya cukup menyadari di sisi ini kemampuan saya tidak spesial. Biasanya cukup hanya untuk memenuhi standar minimal. Kadang saya juga heran, betapa agak sulitnya saya menaikkan nilai TOEFL saya. Tapi saya jadi maklum juga kalau melihat background sekolah dasar saya yang dari pinggiran kota dan jarang sekali terpapar Bahasa Inggris. Selebihnya, saya tidak pernah secara khusus les Bahasa inggris dengan serius, jadi ya modal otodidak sebisanya saja.

Saya merasa kemampuan berbahasa Indonesia saya cukup baik, tapi tidak berbanding lurus dengan kemampuan saya dalam belajar bahasa asing. Hehe...

Ini bisa menjadi pelajaran dan penyemangat bahwa dengan modal Bahasa Inggris pas-pasan dengan standar minimal, ternyata bisa untuk dapat beasiswa S-2 di dalam negeri.

Apa saja yang saya persiapkan untuk menghadapi tes Bahasa inggris/TOEFL ini? Tidak ada yang spesial. Saya mengikuti dan melatih saja tips-tips standar yang sudah banyak dibagikan di sosial media dan internet. Hal itu atara lain: memperlajari grammar, membiasakan membaca artikel berbahasa inggris, mulai mendengarkan channel-channel youtube berbahasa inggris, dan lain sebagainya. 

Coba melatih diri mengerjakan soal-bahas tes TOEFL cukup efektif juga untuk melihat kelemahan kita di section mana. Informasi ini penting untuk lebih difokuskan dan ditingkatkan. Pembahasan soal-soal TOEFL di youtube juga tidak luput saya simak untuk bagian-bagian yang saya rasa masih lemah.

Saya melakukan persiapan ini ya kurang lebih 1-2 pekan sebelum tes beasiswa. Dan hasilnya alhamdulillah di percobaan kedua kali ini bisa tembus dan lolos.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun