"Jika kamu tidak hadir di (dunia) online, berarti kamu tidak ada." ~ Show Your Work
Dunia sekarang memang beda dengan kondisi 10 tahun lalu. Semua kebutuhan vital kehidupan manusia modern hampir pasti sudah terwarnai dunia digital dan online. Bahkan saat kita antri secara offline pun, tangan kita otomatis mengakses gawai dan berselancar ke dunia online. Entah mengakses informasi, atau malah hanya sekadar membunuh waktu antrean yang membosankan.
Sayangnya tidak semua orang memanfaatkan dunia online untuk meningkatkan karirnya. Default kita semua adalah konsumen dunia online. Dan di mana-mana, yang namanya konsumen biasanya membayar sesuatu ke produsen. Mengapa kita tidak mencoba beranjak menjadi produsen?
Buku Show Your Work karya Austin Kleon ini sering kali menjadi rujukan awal bagi siapa saja yang masih ragu-ragu untuk menjadi 'pemain' di dunia online.
Banyak sekali excuse (alasan) mengapa mereka ragu untuk masuk menjadi pemain, padahal sebenarnya ada keinginan untuk itu. Alasan yang biasa muncul antara lain: tidak punya keahlian apa-apa, malu untuk tampil, takut terekspose kehidupan pribadinya, dan segudang alasan lainnya.
Buku ini hadir untuk 'mengikis' alasan-alasan penundaan itu dan mencoba membersihkan mindset kita tentang apa sejatinya pikiran yang harus dimiliki agar menjadi pemain dan mengambil manfaat dari jagat online.
Berikut ini 10 pelajaran yang dapat diambil
1. Kita tak perlu jadi genius
Tak perlu menjadi individu jenius dalam dunia online. Kita hanya perlu menjadi bagian dari ekologi kreatif yang memungkinkan untuk saling berkolaborasi dan menemukan titik 'klik' kita dengan orang lain.
Saat kita 'menunjukkan' diri kita di jagat online, ini akan memungkinkan kita ditemukan dan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki minat sama. Minat sama ini tentu dapat menjadi katalisator kreativitas daripada kita hanya berdiam diri dan sembunyi tak menunjukkan apa-apa.
Kita tak perlu menjadi pribadi hebat superhero yang ahli dalam satu bidang, kita cukup menjadi seorang amatir yang punya antusiasme mengejar/mempelajari sesuatu. Tunjukkan saja bahwa kita memang sedang belajar sesuatu, dan itu akan menjadi cerita yang menarik bagi para konsumen media sosial.
Pendapat dan aksi para ahli sudah banyak ditemukan di internet, tapi pengalaman dari seorang amatir yang baru belajar, akan menginspirasi jutaan amatir lain untuk ikut belajar dan menyaksikan.
2. Tunjukkan prosesnya jika kita tak punya produk
Amati sejenak dan pelajari apa yang kita konsumsi dari sosial media orang-orang yang sedang kita follow? Ya kebanyakan mereka membagikan proses mereka menuju sesuatu.
Tidak melulu hasil akhir yang patut ditunjukkan di dunia online. Media sudah ada di tangan kita masing-masing dan tidak mewajibkan kita hanya boleh memajang produk jadi yang kita miliki. Kita boleh menunjukkan proses jatuh bangun dari apa yang sedang kita lakukan.
Ajak mereka ke 'dapur' kita. Ajak mereka menyaksikan apa yang sebanarnya terjadi di balik layar. Barangkali ini akan lebih menarik bagi orang lain di luaran sana.
Dengan menunjukkan proses yang sedang kita jalani, secara tidak langsung kita juga sedang mendokumentasikan proses perjalanan kita sendiri. Tentu suatu ketika nanti dapat kita lihat kembali dan mengenang apa yang pernah kita jalani.
Jika ragu orang lain akan tertarik dengan apa yang kita bagi, tapi yakinlah pasti kita tertarik dengan jejak yang pernah kita buat.
3. Bagikan hal-hal kecil setiap hari
Saya kira tidak perlu banyak penjelasan terkait hal ini, gambar di bawah akan menunjukkan betapa hebatnya pekerjaan kecil yang dilakukan setiap hari.
Jika kita sedang memulai sebuah proyek, ceritakan apa yang melatarbelakangi dan apa yang menginspirasi. Jika kita di tengah pengerjaan sebuah proyek, ceritakan cara kita melakukan, teknik apa yang kita gunakan. Jika kita berada di akhir sebuah proyek, tunjukkan hasilnya dan ceritakan pelajaran apa saja yang didapat selama prosesnya. Semua bisa menjadi bahan yang dapat kita bagi setiap hari.
Jadi, apa yang sedang kamu kerjakan sekarang? Ceritakan hal-hal yang memberi manfaat bagi para penonton!
4. Tunjukkan Seleramu!
Setiap hari kita mengumpulkan hal-hal yang kita sukai, entah barang-barang, video youtube, quote, buku menarik, hingga link sebuah karya di social media. Semua hal ini sejatinya adalah representasi diri kita. Tunjukkan saja semua selera kita yang tercermin dari apa yang kita 'koleksi'. Biarkan orang lain semakin mengenali dan terhubung dengan diri kita.
Semua orang sah punya selera sendiri-sendiri. Tak ada yang dapat memaksa apa yang kita sukai, atau orang lain sukai.
Saat membagikan apa yang menarik bagi kita, jangan lupa selalu memberikan kredit yang proper. Pemberian kredit ini semacam attitute baik yang harus dikampanyekan di tengah era copy-paste seperti sekarang ini. Selain memberi hak kepada setiap pencipta/sumbernya, pemberian kredit atau pencantuman sumber memungkinkan para pembaca menggali lebih dalam jika mereka tertarik dan ingin memperlajari lebih jauh.
Bisa jadi biasa menurut kita, tapi untuk orang lain 'barang temuan yg kita bagikan' menjawab pertanyaan penting yang selama ini mereka cari jawabannya.
5. Berceritalah
Ceritakanlah! Berceritalah! Latih diri untuk bisa bercerita dengan baik!
Bungkus setiap hal yang kita bagi dengan sebuah cerita. Setiap orang senang akan dongeng. Karya yang baik, seringkali tampak bagus bukan karena an sich karya itu sendiri. Karya yang menarik terkadang karena ada cerita yang melatarbelakanginya.
Banyak pelukis sekarang yang bisa meniru lukisan Van Gogh (yang terkenal jelek untuk ukuran selera lukisan orang umum) dengan baik dan presisi. Namun saat diberitahu bahwa lukisan itu adalah replika dan bukan aslinya, orang lebih tertarik dan berharga mahal lukisan aslinya.
Ya.. lukisan Van Gogh berharga mahal bukan karena kualitas lukisannya itu sendiri (yang bisa direplikasi orang lain) namun karena cerita yang melatarbelakanginya.
Sebuah 'sampah' yang kita temukan di jalan pun, jika dikemas dengan cerita layaknya teori storytelling yang baik, sampah tersebut akan naik derajatnya di benak manusia.
6. Ajarakan Apa yang Kita Pelajari
Jangan pelit ilmu. Setiap kita belajar sesuatu, ajarkan kembali ke orang lain. Bisa dengan sebuah serial twit, sebuah video pendek, artikel blog, atau apapun yang bisa dinikmati orang lain. Sebutkan sumbernya dan olah dengan bahasa dan berdasarkan pengalaman kita pribadi, ilmu yang kita bagikan akan jadi otentik dan menambah khazanah pembaca.
Bukankan kita juga terbantu dengan konten orang lain yang sedang berbagi tips terkait hal yang kita butuhkan? Bayar ilmu gratis itu dengan berbagi kembali apa yang telah kita pelajari. Kita akan mendapatkan feedback berupa ucapan terima kasih, pertanyaan yang juga bisa memperkaya kita, atau bahkan koreksi yg penting untuk meluruskan pemahaman kita jika ada kekeliruan.
7. Berintearaksilah secara sehat
Jangan melulu ingin diperhatikan orang! Kita juga perlu mengapresiasi karya orang dengan memberikan komentar, bertanya, atau mengapresiasi secukupnya. Interaksi yang sehat memungkinkan kita membangun kedekatan dengan orang lain yang memiliki minat sama.
Jangan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang menyedot energimu! Jangan konsumsi konten yang menjadikanmu tidak bersemangat! Bangun interaksi dengan konten dan orang-orang yang membuat kita antusias secara positif.
Waktu dan energi kita terbatas. Alokasikan dengan berintaraksi di dunia online secara sehat, cukup, dan positif.
8. Belajarlah Menerima Kritikan
Kita tidak mati karena dikritik. Semenyakitkan apapun kritik orang lain atas diri kita, tidak akan membuat kita mati. Jika terlatih, justru kita dapat menjadikan kritikan itu 'kawan berlatih' yang membuat kita semakin kuat dan handal.
Pada prinsipnya, kita tidak dapat mengendalikan komentar orang lain atas karya kita. Kita hanya punya kontrol atas respon yang kita berikan atas komentar tersebut. Melatih diri memberikan respon yang baik dan proporsional atas apapun yang tak dapat kita kendalikan, menjadikan kita master dalam kehidupan. Termasuk dalam berkarya! Don't take it personal!
9. Ayo berjualan!
Tidak salah menjual karya kita yang memang bermanfaat bagi para audience. Semua orang perlu makan dan tempat tinggal. Untuk semua itu, perlu biaya yang dikeluarkan agar bisa terus berkarya.
Ada yang salah dalam pendidikan kita. Kita dikondisikan biasa mencari pekerjaan dan menerima berapapun kita dibayar, tapi agak malu untuk berjualan dan menentukan berapa diri kita (karya kita) harus dibayar.
Pada keseharian, kita sudah menjadi makhluk ekonomi. Kita biasa membeli baju, berlangganan konten digital premium, membeli buku, membeli makanan enak, nongkrong di cafe fancy. Mengapa kita tidak mencoba membiasakan diri menjadi pihak yang menjual dan mendapatkan bayaran dari orang-orang yang memang menyukai karya kita?
10. Teruslah Bertahan
Hidup selalu naik turun. Kadang sedang dalam periode yang menyenangkan, kadang dalam kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Jika ingin cerita yang berakhir happy ending, semua tergantung dimana kita menghentikan 'cerita itu'. Jika kita berhenti saat kondisi tidak menyenangkan, jelas itu bukan sebuah happy ending yang kita inginkan.
Nikmati prosesnya. Jika perlu memulai lagi, itu juga tidak menjadi masalah. Terus menjadi amatir, berbagi dan tunjukkan prosesnya kepada yang lain. Biarkan orang lain ikut belajar dan memberikan masukan.
Pada akhirnya, hidup ini tentang siapa yang paling kuat bertahan sebelum ajal menjemput.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI