Anak akan merasakan nuansa kolosal menutup aurat. Dari sini mereka akan dikenalkan dan dibiasakan bahwa ada alasan tertentu mengapa setiap orang memiliki batasan aurat dan harus mentaatinya.
Anak akan merasakan nuansa kolosal membaca Alquran yang bersahut-sahutan. Dari sini mereka akan menyaksikan bahwa Alquran adalah memang bacaan penting yang dibaca juga oleh semua orang, tidak hanya oleh orang tuanya, dan juga tidak hanya dirinya sendiri yang belajar mengaji.
Ini akan melengkapi pelaksanaan ibadah puasa yang sudah dilaksanakan di rumahnya dengan tidak adanya lagi orang dewasa yang makan dan minum di siang hari.
Level anak saya memang sedang dalam tahap perkembangan praoperasional (2-7 tahun). Mereka sedang butuh-butuhnya mendapatkan rangsangan dari lingkungan sosialnya untuk melatih operasional mental dan logikanya.Â
Mereka sedang berlatih mempertimbangkan ini itu di benaknya, maka momen Ramadan adalah saat yang pas untuk memberikan rangsangan-rangsangan ibadah secara kolosal. Belajar dari tahun lalu yang terlewat begitu saja, tahun ini harus lebih cerdik memanfaatkan di tengah kondisi yang memang sedang serba terbatas.
---Baca Juga:Â Ini Cara Saya Mendidik Anak Perempuan
Saya (dan anak-anak) mau tidak mau harus mulai membiasakan diri dan melihat bahwa Ramadan kali ini juga akan berbeda dengan Ramadan sebelum pandemi. Semua keleluasaan sebelum ada pandemi, tidak dapat kami laksanakan dengan bebas seperti buka puasa bersama, bersalaman dan berpelukan dengan jamaah lain, serta saling membagi makanan ke tetangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H