Terus terang, kemunculan bir dan whiskey hampir mendominasi di keseluruhan cerita dan menjadi bagian sehari-hari yang acap dimunculkan. Nuansa ini berbeda jika saya membaca karya penulis asing lain yang menjadikan bir sebagai properti pelengkap cerita saja dan tidak selalu muncul dalam hampir setiap adegan.
5. Seks
Nah ini yang paling menarik: dikit-dikit seks... dikit-dikit seks. Dari membaca karya Murakami saya jadi kok yakin salah satu cara problem solving remaja Jepang adalah dengan seks! Baru kenal di bar, diajak seks. Teman nongkrong bareng, berujung seks. Sama-sama stress, kemudian pemecahannya adalah seks.
Bahkan, remaja Jepang tampaknya selalu menghitung dan mengarsipkan siapa saja yang pernah mereka tiduri selama hidupnya berikut dengan cerita yang melatarbelakanginya masing-masing.
Novel-novel Murakami memang kebanyakan untuk pembaca dewasa. Ketelanjangan, alat vital, dan organ-organ aurat sering dimunculkan secara vulgar di sana-sini.
Tapi tenang, novel Murakami bukanlah novel stensil ala Enny Arrow. Cuma ya itu tadi, kita harus open minded dan memang tidak untuk pembaca yang masih 'bocah'. Hehe.. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H