Saya masih ingat sampai sekarang, betapa, sebuah puisi dapat saya nikmati dengan beragam panca indera saya. Puisi bisa digunakan sebagai pelampiasan kesadaran, rasa, cita rasa, kegundahan, dan kekaguman yang sedang kita rasakan.
Beberapa puisi yang telah saya ciptakan antara lain Peci Hitam, Hidangan Teh Istimewa Tuan, Rumus Bertempur, dan Satu Tembakan Lagi.
Terakhir, bulan lalu saya baru saja mengikuti lomba cipta dan baca puisi. Puisi saya berjudul Semua Punya Satu-Satu masuk ke dalam top ten kontestan yang kemudian dibukukan menjadi sebuah antologi berjudul Sebuah Amin Termukjizat.
Terima kasih untuk Zawawi Imron dan Butet Kertaradjasa. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H