Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Perjumpaan Saya dengan Puisi yang Menggetarkan

19 Februari 2021   10:01 Diperbarui: 22 Februari 2021   02:54 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zawawi Imron membaca puisi | sumber: nu.or.id

Saya masih ingat sampai sekarang, betapa, sebuah puisi dapat saya nikmati dengan beragam panca indera saya. Puisi bisa digunakan sebagai pelampiasan kesadaran, rasa, cita rasa, kegundahan, dan kekaguman yang sedang kita rasakan.

Beberapa puisi yang telah saya ciptakan antara lain Peci Hitam, Hidangan Teh Istimewa Tuan, Rumus Bertempur, dan Satu Tembakan Lagi.

Terakhir, bulan lalu saya baru saja mengikuti lomba cipta dan baca puisi. Puisi saya berjudul Semua Punya Satu-Satu masuk ke dalam top ten kontestan yang kemudian dibukukan menjadi sebuah antologi berjudul Sebuah Amin Termukjizat.

Terima kasih untuk Zawawi Imron dan Butet Kertaradjasa. (*)

Buku Antologi Puisi yang memuat salah satu puisi saya berjudul Semua Punya Satu-Satu/dokpri
Buku Antologi Puisi yang memuat salah satu puisi saya berjudul Semua Punya Satu-Satu/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun