Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Animal Farm, Shaun The Sheep dengan Ideologi Binatangisme

4 Januari 2021   09:49 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:28 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Animal Farm | dokpri.

Penggambaran sederhana buku Animal Farm karya George Orwell adalah Serial Shaun the Sheep yang sudah diinjeksi ideologi chauvinisme, otoritarianisme, dan strategi propaganda.

Cover terbitan versi terjemahan Indonesianya sangat menarik. Dibuat oleh Fahmi Ilmansyah. Saking menariknya, saya berkeinginan mencetaknya menjadi sebuah kaos oblong. Dan setelah membaca isi buku, daya magis cover ini semakin memikat. 

Nuansa cerita penuh dengan propaganda dan manipulasi di dunia binatang yang ternyata gak jauh beda dengan di dunia manusia terwakili betul-betul oleh style cover buku ini.

Manipulasi dan propagada menjadi pesan utama: bahwa suatu komunitas dapat dengan mudah digiring untuk mengikuti keinginan-keinginan siapapun yang berambisi menjadi penguasa. 

Bahkan meski diawali dengan cita-cita luhur nan mulia. Semua dikondisikan seolah-olah sedang memperjuangan kepentingan rakyat banyak, yang sebenarnya hanyalah kepentingan elit golongan tertentu saja.

Cerita dibuka dengan gambaran yang sering kita saksikan pada Serial Shaun the Sheep. Seorang pemilik peternakan yang teledor menutup kandang-kandang miliknya karena sudah kelelahan beraktivitas seharian ditemani sebarel bir hingga jackpot. Setelah mengecek kandang seperlunya, Tuan Jones si pemilik Peternakan Manor menuju kamarnya untuk beristirahat. 

Di saat inilah, para hewan di peternakan tersebut melakukan rapat bawah tanah dalam kandang untuk mendengarkan mimpi berisi wangsit yang diterima salah satu tokoh hewan terkemuka di peternakan itu, Si Tua Major. Seekor babi berwarna putih yang dihormati.

Rapat akbar ini dihadiri hampir semua jenis binatang di perternakan tersebut, mulai dari ayam, kuda, sapi, babi, biri-biri, domba, bebek, burung, dan lain-lain. 

Pertemuan dipimpin langsung oleh Si Tua Major yang berdiri di podium tinggi yang terbentuk dari tumpukan jerami. Semua hewan lainnya menjadi pendengar khidmad dengan menempati segala penjuru dan pojok-pojok kandang dengan tertib.

Pertemuan diawali dengan pidato kebinatangan ~ mirip pidato kemanusiaan yang dilakukan oleh manusia ~ yang membahas tentang esensi kehidupan mereka di dunia. 

Si Tua Major mengajak para hewan melakukan kontemplasi bersama tentang kelahiran, kehidupan, kerja keras, arti hidup, dan tata aturan antarsesama hewan yang ada. 

Si Tua Major mengajak semua hewan yang mendengarkan untuk keluar dari doktrin kebiasaan yang sudah mereka jalani selama ini di peternakan, yakni bekerja dan menjalani hidup demi kepentingan Tuan Jones, alih-alih demi kepentingan pribadi mereka sendiri.

Si Tua Major kemudian membangkitkan imajinasi kemerdekaan kaum hewan di atas kaum manusia. Bagaimana kenikmatan kemerdekaan itu tidak sebanding dengan jatah makan semewah apapun yang diberikan Tuan Jones untuk para hewan. Kemerdekaan sejati itulah falsafah hidup sebenarnya yang harus dituju seluruh binatang. 

Si Tua Major kemudian memompakan semangat ke dalam hati seluruh pendengar akan pentingnya perjuangan kemerdekaan dan merebutnya dari tangan Tuan Jones.

Di akhir pidato, Si Tua Major kemudian menceritakan mimpi wangsitnya. Wangsit itu berisi gambaran kehidupan di bumi saat manusia punah. Yang itu artinya adalah kemerdekaan hakiki para hewan untuk menentukan nasibnya sendiri dan lepas dari hegemoni umat manusia.

Sebagai pelengkap, Si Tua Major juga menambahkan bahwa saat yang diimpikan itu sudah dekat dengan terdengarnya sayup-sayup lagu kebangsaan yang pernah dinyanyikan Ibunya kala dulu masih kecil. 

Sebuah lagu bernuansa kemerdekaan bangsa hewan dan kehidupan berdikari atas nasib mereka sendiri. ~ Yang kemudian dalam buku ini disebut dengan nyanyian 'Binatang Inggris'.

Yang terakhir, Si Tua Major memberikan pesan bahwa jika seluruh pendengar menginginkan hidup di masa-masa itu, haruslah mulai mengusahakan dan bersama-sama menyusun kekompakan komunal antar binatang dan membenci kaum manusia ~ chauvinisme ~. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan: merebut kemerdekaan dari Tuan Jones!

Rangkaian pidato yang heroik sekali!

Pasca malam itu, situasi kebatinan Peternakan Manor tidak lagi sama. Di benak dan kepala setiap hewan, sudah tertanam api perjuangan ( yang dalam perspektif Tuan Jones adalah api pemberontakan). 

Sejak malam itu juga, secara natural satu per satu hewan yang memiliki visi dan kepribadian kuat bergantian memimpin pemberontakan atas penjajahan manusia. 

Ya, tiga hari setelah malam itu, Si Tua Major meninggal dan ditasbihkan sebagai founding father yang menginspirasi perjuangan. Tengkorak kepalanya pun dijadikan monumen perjuangan dan ditancapkan di tengah peternakan sebagai simbol perlawanan.

Cerita selanjutnya adalah bagaimana para hewan ini menyusun strategi pemberontakan yang dipimpin oleh trio babi cerdas: Kamerad Snowball, Kamerad Napoleon, dan Kamerad Squealer. Trio ini kemudian berhasil memformulasi gagasan mendiang Si Tua Major menjadi lebih operasional dan diberi nama Ideologi Binatangisme.

Agar lebih mudah dimengerti, Binatangisme ini dijabarkan menjadi tujuh perintah utama yang harus ditaati dan menjadi doktrin perjuangan para binatang. 

Untuk mengabadikannya, tujuh perintah ini dituliskan oleh salah satu babi cerdas lain di salah satu sudut dinding kandang agar mudah dibaca dan diingat oleh seluruh penghuni peternakan.

Tak lama setelah itu, usaha pemberontakan itu berhasil dipimpin oleh Kamerad Snowball dibantu oleh seluruh penghuni peternakan. Mereka berhasil mengusir Tuan Jones beserta seluruh pembantu manusianya. 

Artinya, Peternakan Manor kini telah resmi berada dalam kedaulatan para hewan di dalamnya dengan Kamerad Snowball sebagai pimpinannya.

Polemik politik pengaturan masyarakat kemudian terjadi. Di sinilah, penggambaran Orwell terhadap apa yang dia saksikan selama hidup dialihnarasikan menjadi fabel perpolitikan para hewan.

Manipulasi, propaganda, fitnah, penindasan, dan penghianatan secara alamiah terjadi juga di kalangan para hewan itu sendiri. Hal yang sebelum kadaulatan itu direbut adalah yang mereka kutuk dan dijadikan alasan pemberontakan kepada Tuan Jones.

Penggambaran Orwell dalam fabel singkatnya ini sangat cantik untuk menyindir tingkal laku pemimpin politik dan masyarakat di dunia kala itu. Bahkan, saat saya baca dan renungkan, gambaran-gambaran itu masih relevan dengan tingkah laku manusia saat ini.

Setidaknya ada beberapa gambaran epik dalam fabel ini yang menjadi cerminan tingkah laku manusia.

Pertama, bagaimana Kamerad Snowball yang dengan gagah berani menjadi panglima di pertempuran perebutan kemerdekaan melawan Tuan Jones, menjadi pecundang dan dilucuti kehormatannya oleh manipulasi dan penghianatan Kamerad Napoleon. 

Bersama Kamerad Squealer, mereka berdua mencongkel kedudukan dan kehormatan Kamerad Snowball di hadapan rakyat yang dia perjuangkan kedaulatannya.

Kedua, saat Kamerad Napoleon berkuasa, bagaimana secara perlahan namun pasti Tujuh Perintah yang menjadi hukum umum peternakan dapat dibolakbalikkan dan dimanipulasi menjadi hukum yang mementingkan kekuasaan Kamerad Napoleon beserta elit golongannya saja.

Semisal:

Hukum ke-5: Tak seekor binatang pun boleh minum alkohol  dimanipulasi menjadi Tak seekor binatang pun boleh minum alkohol berlebihan.

Hukum ke-6: Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain dimanipulasi menjadi tak seekor binatangpun boleh membunuh binatang lain tanpa alasan.

Hukum ke-7: Semua binatang adalah setara dimanipulasi menjadi Semua binatang adalah setara, namun beberapa binatang memiliki kesetaraan yang istimewa.

Sedangkah hukum lain yang menyebutkan bahwa binatang tidak boleh bertingkah laku layaknya manusia seperti tidur di ranjang, memakai pakaian, dan menjalin kerjasama dengan manusia, tidak berlaku bagi Kamread Napoleon. 

Melalui juru bicaranya, Kamerad Squaler memberikan penjelasan, "Kamerad Napoleon adalah pimpinan kita, maka perlu kekhususan dan keistimewaan tertentu agar bisa mengayomi, memikirkan, dan mengusahakan kehidupan seluruh hewan dengan lebih baik."

Dinamika perubahan dan manipulasi ini diceritakan dengan apik oleh Orwell melalui jalinan peristiwa dan waktu sehingga pembaca menjadi maklum jika seluruh rakyat hewan tiba-tiba menurut dan tidak terjadi protes yang berlebihan.

Dipikir-pikir, alegori yang disajikan George Orwell dalam fabel politik di Peternakan Manor ini 11-12 dengan gaya pemerintahan di negeri-negeri saat ini. Terutama di negeri-yang-kau-tak-boleh-menyebut-namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun