Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Alternatif Google untuk Pencatatan dan Arsip Dokumen

15 Desember 2020   08:04 Diperbarui: 15 Desember 2020   12:07 1593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh penggunaan untuk arsip/inventaris dokumen atau buku.

Mulai sore hari kemarin, linimasa sosial media ramai cuitan netijen tentang layanan google yang down. Yang paling banyak dikeluhkan adalah ketidakmampuan mengakses youtube dan gmail, dua layanan yang memang paling banyak digunakan oleh netijen di Indonesia.

Meski sebenarnya, jika kita lebih mengeksplore lagi layanan google, setidaknya ada puluhan layanan yang bisa dipakai oleh user pemilik akun email gmail. 

Layanan itu antara lain: google search, google docs, google sheet, google site, google slide, google analitycs, google data studio, google trends, google keep, google calendar, hingga google meets, layanan gratis dari google sebagai alternatif video conference semisal aplikasi zoom yang sekarang sedang trend.

Jika mungkin sudah banyak tulisan lain yang membahas alternatif google search dan google mail, dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi alternatif untuk pencatatan, reminder, penyimpanan dokumen, pembuatan database, hingga aplikasi yang dapat digunakan untuk orang yang hobi menulis.

Urusan catat mencatat, menandai, menyimpan bahan-bahan bagus dari internet tampaknya merupakan kebutuhan penting di masa sekarang. 

Dengan meluapnya informasi yang ada, investasi waktu yang telah kita lakukan untuk memilih, memilah, dan mensintesiskan informasi yang telah kita konsumsi harus segera 'didokumentasikan' untuk dapat kita panggil di kemudian hari.

Dulu kita dapa menggunakan pena dan kertas untuk mencatat. Problemnya adalah, saat buku itu penuh, kita kesulitan menyimpan dan menggunakan kembali jika di tahun-tahun mendatang kita ingat pernah mencatatnya dan ingin merujuk kembali. 

Apalagi saat kita kuliah, sering sekali mencatat insigh-insigh penting yang dulu pernah melintas saat perkuliahan dengan dosen, namun saya yakin sekarang kita sudah kesulitan mengakses catatan tersebut. Apalagi untuk orang modern yang mobilitasnya tinggi.

Saya pun menemui problem yang sama. Semua pencatatan manual, foto-foto dokumentasi penyerta kegiatan, dokumen-dokumen pendukung, dan database yang menyertai sulit didokumentasikan dengan baik. 

Akhirnya, saat dibutuhkan, kita sudah kehilangan jejak itu semua. Padahal jika dimanaj dengan baik, semua proses intelektual dan pengalaman yang kita lalui, dapat menjadi 'tabungan pengetahuan' dan menjadi otak kedua yang bisa kita gunakan untuk memecahkan permasalahan di kemudian hari.

Setelah mencoba beragam tools note taker dan penyimpanan dokumen, mulai dari evernote, google docs, dropbox, dll, hati saya tertambat pada notion. Alternatif ini juga yang bisa kita gunakan jika layanan google tiba-tiba down seperti kemarin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun