Salah satu hal yang selalu membuat saya penasaran sebelum menonton film superhero adalah bagaimana si penulis cerita menghadirkan sosok jagoan super dengan tidak terlalu mengada-ada dan tetap nyaman di logika.
Termasuk dengan cerita kostum yang pasti tidak biasa dipakai orang normal. Untuk bagian ini pun, saya menilai Joko Anwar berhasil membangun narasinya.
Tidak seperti kehadiran Spiderman yang tiba-tiba jago berantem setelah mendapatkan kekuatan super, kronologi Sancaka memiliki ilmu bela diri di film ini lebih baik dan masuk akal. Meski kedua tokoh tersebut berasal dari karakter 'lelaki baik-baik'.
Pun dengan alasan 'mengapa harus memakai kostum seperti itu?' dibawakan dengan logis dan smooth.
Cerita ini mengingatkan saya pada kemunculan Spiderman pertama kali saat Perter Parker, yang diperankan Tobey Maguire, kebingungan mencari kostum yang pas saat harus beraksi. Malah, cerita versi Joko Anwar ini buat saya lebih menarik.Â
Sebab Gundala tidak 'memaksakan' diri dengan 'kostum sempurna ala superhero' di seri film pertamanya ini dengan (misal) seperti Peter Parker harus ikut kompetisi berantem dulu dengan harapan menang dan dapat hadiah uang untuk membuat kostum idealnya.
Ya benar, akan ada dua kostum Gundala dalam film ini. Kostum versi 'alakadarnya' yang seperti ditampilkan di posternya, dan kostum versi advance yang baru saya temukan saat menonton film ini hingga layar benar-benar dimatikan.
Ini juga yang menjadi faktor kejutan yang menarik yang dijadikan bridging oleh Joko Anwar menyambut seri Gundala selanjutnya.
Pintu Gerbang Munculnya Tokoh Lain
Sosok dan cerita masa lalu Pengkor menjadi kunci penting kemunculan rombongan Supervillain (sebutan superhero jahat) yang mungkin akan jadi musuh-musuh superhero lokal ini di seri selanjutnya.
Cerita ini juga dibawakan cukup masuk akal ke dalam skenario tanpa perlu berpanjang-panjang menghabiskan durasi.Â
Jalinan cerita berikut dengan 'lobang-lobang' kisah yang tersisa sepertinya sengaja dibuat oleh Joko Anwar agar bisa dilanjutkan dan dikembangkan untuk serial film selanjutnya. Buat saya, ini salah satu kecerdasan Joko Anwar dalam menulis cerita.