Jika Anda pembaca dan penikmat Sapiens karya Yoval Noah Harari, maka Kimiya As Sa'adah karya Ghazali ini dapat mengerem laju sporadis pemikiran Anda melewati garis batas ketauhidan.
Jika dalam narasi filsafat eksistensialisme menyatakan bahwa keberadaan Anda di dunia ini adalah hal yang terpenting pertama, dan kemudian selesai jika Anda mati, maka Anda akan diajak berkontemplasi oleh Ghazali dengan menyitir sabda Nabi,
"Kematian adalah suatu hadiah Tuhan yang diharap-harapkan oleh para Mukmin".
Sebab kita kemudian akan dibawa pada pengetahuan tentang akhirat di bab empat. Suatu konsep yang hanya bisa 'dialami' seorang manusia setelah kematiannya. Di sinilah kemudian kita akan 'dibukakan' semua tabir yang menutupi selama kita di dunia. Rahasia-rahasia Tuhan dihamparkan secara 'nyata' di depan mata kita.
Al-Ghazali menghadirkan permisalan-permisalan cantik untuk mengenalkan kita tentang perkara akhirat. Termasuk perdebatan-perdebatan dengan pihak yang menolak keberadaan akhirat (Atheis, agnostik, gnostik, dan lain sebagainya), yang kemudian diakhiri dengan sitiran yang cukup terkenal dari Sayyidina Ali Zainal Abidin, cucu Rasul,
"Jika Anda benar, maka tak seorangpun dari kita akan menderita keadaan yang lebih buruk di masa depan. Tetapi jika kami yang benar, maka kami akan terhindar dan Anda akan menderita."
Empat bab utama dari kitab ini kemudian diperkaya dengan empat bab tambahan. Empat bab akhir ini terasa 'berguna' saat kita sudah beres dengan empat bab awal. Di bab-bab ini kemudian digunakan Al-Ghazali untuk menjelaskan bagaimana cara kita bermesraan dengan Tuhan, cara yang biasa ditempuh generasi terdahulu, termasuk pendorong dan penghambat kehidupan spiritualitas kita.
Bab tentang 'Musik dan Tarian sebagai Pembantu Kehidupan Keagamaan' menjadi tema yang cukup menarik bagi saya di tengah 'perdebatan' tak henti tentang hukum musik dalam Islam yang banyak mengarah pada keharamannya, namun di sisi lain kita tahu banyak Sufi besar dengan derajat waliyullah yang menggunakan musik dan tarian sebagai sarana mereka berdzikir. Whirling Dervish misalnya.
Al-Ghazali menyitir kisah yang diriwayatkan 'Aisyah RA saat ada dua orang gadis datang dan mulai bernyanyi dan menari ke rumah beliau. Tiba-tiba Sahabat Abu Bakar RA masuk seraya berseru protes mengapa ada pertunjukan seperti itu di rumah nabi, namun nabi dengan santai menjawab,
"Biarkan mereka, Abu Bakar..." yang lanjutan atas statemen beliau dan pemaknaannya bisa Anda baca sendiri di buku ini.
Sang Imam juga menyertakan pembahasan tentang kehidupan pernikahan seorang muslim yang dapat menjadi pendorong sekaligus penghalang dari kehidupan keagamaan kita yang berkualitas. Al-Ghazali ingin mendudukan pada sidang pembaca bahwa kehidupan pernikahan memang ibadah akbar yang sarat nilai mulia berdasarkan sunnah, hingga para ahli kalam menyusun seuntai pepatah: lebih baik tersibukkan dalam tugas-tugas perkawinan daripada dalam ibadah-ibadah sunnah. Namun di sisi lain, kehidupan pernikahan juga sarat fitnah (baca: ujian) yang jika salah menyikapi akan mengakibatkan kita tergelincir pada bencana jauh dari-Nya. Oleh karena itu, bab ini dilengkapi dengan panduan praktis sekaligus esensial saat memilih pasangan, termasuk hal-hal apa saja yang harus dikerjakan dalam kehidupan perkawinan.