Mohon tunggu...
Triana Amalia
Triana Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang wanita yang bersosialisasi dengan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Baju Lorong Anna

6 Mei 2024   13:37 Diperbarui: 6 Mei 2024   13:50 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Mila Okta Safitri from Pixabay

                Anna Kencana, S.Pd 

                Pemilik nama lahir itu masih mengetik berbagai kelebihannya. Sejak kecil dia sudah bercita-cita menjadi guru. Namun nahas, gaji yang diterima menjadi seorang guru tidak sebanding dengan beban kerja yang menggunung. Walau begitu, Anna tetap mengetik surat lamaran dan kawan-kawannya demi menggapainya. Hanya tinggal beberapa langkah lagi.

                Kakinya sudah melangkah ke beberapa sekolah. Hanya saja guru mata pelajaran yang sesuai dengan jurusan Anna masih penuh. Anna sudah berada di titik lelah hingga berteriak di rumah temannya sampai menangis. Dilanjut dengan mematikan data internet yang ada di telepon genggamnya.

                "Anna, kau sudah berusaha, kini saatnya berdoa dan dekati Sang Pemberi Rezeki..." ujar Kanti. Perempuan yang selalu mengajarinya Bahasa Arab tidak begitu paham dengan masalah yang menghampiri Anna.

                Ada hari di mana Anna dikecewakan oleh janji ibunya. Perihal perempuan itu akan mengajar di sekolah tempat ibunya bekerja dulu. Tetapi perubahan kurikulum dan pengurangan jam pelajaran membuat kesempatan itu tak dapat digenggam Anna.

                Kesempatan untuk mengikuti kelas profesi pun tak dapat dijalaninya. Anna benar-benar kehilangan segala rencana yang sudah tersusun rapi. Perihal terlambatnya dia lulus kuliah karena penyakit mentalnya. Tetapi perlahan Anna berdamai dengan penyakitnya itu hingga dia masih bertahan. Usianya kini sudah menginjak seperempat abad.

                Perempuan berusia seperempat abad itu berjalan menuju tempat pelatihan penyembuhan diri mengenakan kerudung berwarna cokelat yang lebar menutupi dada, lalu baju terusan berwarna cokelat yang lebih muda dari kerudungnya. Baju yang dikenakan Anna biasa disebut gamis. Dia sudah menaiki angkot dua kali sebelumnya. Pelatihan yang diikutinya pada Bulan Januari itu membuatnya menerima ketetapan Allah dengan baik.

                "Rezeki itu datangnya tidak hanya dalam pekerjaan. Bekerja itu hanya satu pintu rezeki. Dobraklah pintu rezeki lainnya!" Satu kalimat itu terukir di hati Anna hingga tanggal 26 Maret 2024 dan seterusnya hingga napas diangkat oleh Tuhan.

                Anna selalu mengenakan baju terusan bernama gamis setiap keluar rumah. Begitulah dia bersabar. Yang penting menjalankan apa yang sudah dipelajarinya selama mengaji. Lebih tepatnya, mengkaji Islam. Kalau dibandingkan dengan kehidupan yang mengutamakan pencapaian uang di zaman ini, maka Anna pasti kalah. Tetapi, dia hanya ingin mendapat rida Allah.

                "Na, Ibu ada rezeki. Uang pensiunan Ibu bertambah. Kamu pesan baju gamis buat nanti lebaran ya di toko online."

                Senyum pun terpancar dari wajah Anna. Dia mendapatkan rezeki lebih di hari itu. Ibunya membelikannya gamis baru. Baju yang seperti lorong. Baju para penghuni surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun