Mohon tunggu...
Tria Ervina
Tria Ervina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

good people with good think~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Unik dari Jepang? Tradisi Perayaan Tahun Baru Berlangsung hingga 15 Januari

31 Desember 2020   08:28 Diperbarui: 31 Desember 2020   08:35 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun baru atau pergantian tahun di Jepang disebut Oshogatsu yang memiliki arti memberikan harapan pada tahun baru. Tahun baru di Jepang pada umumnya menggunakan penanggalan imlek untuk kemudahan dalam tahap-tahap aktivitas atau kegiatan setiap tahunnya. Misalnya untuk tahap bercocok tanam pada sektor pertanian yang digunakan sampai tahun 1872. Kemudian, mulai 1 Januari 1873 penanggalan resmi pemerinatahan diubah ke penanggalan Masehi. 

Pemerintah menghimbau rakyat agar beralih merayakan tahun baru Masehi yaitu 1 Januari. Namun, rakyat tidak mematuhi karena sebagian besar rakyat bekerja di sektor pertania. Pada tahun 1950, setelah terjadi urbanisasi dan rakyat Jepang beralih dari sektor pertanian ke sektor industri jasa, tahun baru imlek tidak lagi dirayakan. Tetapi perayaan tahun baru Jepang pada tanggal 1 Januari hanya sebagai tradisi modern. Meskipun begitu, tetap ada ritual yang setiap tahunnya dilakukan. Apa saja ritual itu? Berikut daftar ritual yang dilakukan saat tahun baru di Jepang : 

1. Ritual Oosoji 

Oosoji yaitu ritual atau kebiasaan membersihkan rumah dengan harapan membuat suasana baru yang dilakukan pada 13 Desember. Pada hari itu juga orang Jepang membersihkan jelaga-jelaga di kuil dengan pakaian khusus. Rital ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi mulai anak-anak hingga lansia pun ikut melaksanakannya. 

2. Nengajyou 

Nengajyou merupakan ritual menulis kartu ucapan tahun baru. Kartu tahun baru ini dapat dibeli di Kantor Pos Jepang yang biasanya sudah disediakan sebelum 25 Desember. Orang jepang menulis ucapan dan mengirimkannya hingga batas tanggal 1 Januari. 

Pada kartu ucapan ini biasanya terdapat nomor undian yang dapat ditukarkan untuk mendapatkan hadiah khusus tahun baru. 

3.Matsukado dan Shimenawakazari 

Ritual ini merupakan kebiasaan meletakkan hiasan didepan rumah pada tanggal 28 dan 30 Desember. Kedua tanggal tersebut sudah ditetapkan hingga turun temurun. Jika meletakkan hiasan pada tangga 29 atau 31 Desember maka dianggap akan mendatangkan musibah dan mendahului Dewa. 

Setelah ritual ini selesai, maka nantinya hiasan harus dibuang atau dibakar dikuil tidak boleh dibuang sembarangan atau di tempat sampah. Tujuan ritual ini sendiri yaitu menggabungkan dunia manusia dengan Dewa yang dianggap dapat menggapai impian atau harapan. 

4.Oomisoka 

Oomisoka yaitu ritual yang meruoakan puncak dari persiapan menuju tahun baru. Pelaksanaannya pada tanggal 31 Desember dimana pada pukul empat sore orang Jepang memasak makanan yang enak untuk menyambut tahun baru dengan harapan menutup tahun dan menyabut tahun yang baru dengan sesuatu yang enak. Selain itu, dengan Oomisoka juga diharapkan tidak kekurangan makanan hingga kapanpun. 

Kemudian, pada hari itu juga orang Jepang menonton Kouhaku Uta Gassen yang terdapat di acara musik Jepang (NHK). Ritual dilanjutkan dengan makan Toshikoshi Soba yaitu mie soba yang berbentuk panjang, yang dipercaya memanjangkan rezeki dan merupakan penghubung antara tahun lalu dengan tahun baru. 

Setelah itu, orang Jepang pergi menuju kuil untuk berdoa yang disebut Jaya no Kane. Ritual ini tidak boleh ditinggalkan oleh orang Jepang. Pada saat itu terdengar sebanyak 108 bunyi lonceng yang diartikan sebagai dosa-dosa manusia selama hidup di tahun tersebut. 

Setelah melakukan ritual Jaya no Kane, orang Jepang melaukan Hatsumode atau tradisi keluar dari rumah masing-masing. 

5. Ganjitsu 

Ganjitsu yaitu ritual yang dilakukan pada pagi hari pada tanggal 1 Januari. Orang Jepang melakukan beberapa aktivitas, yang pertama dilakukan adalah berdoa kepada Dewa di Kamidama yang merupakan tempat biasa mereka melakukan pemujaan. 

Pada saat berdoa mereka juga membersihkannya dari debu dan meletakkan secangkir air serta makanan manis yang disebut Osechiryouri. Setelah berdoa, orang Jepang meminum minuman yang mengandung alkohol dengan tujuan menghalau penyakit di tahun yang baru. Ritual itu disebut Otoso. 

Setelah Otoso, orang jepang sarapan dengan sup khusus yang dibuat saat tahun baru atau Ozoni dan makanan manis lainnya atau Osechiryouri, sebelu makan mereka menyiapkan sumpit berbentuk runcing yang disebut Iwaibashi yang dipercaya dapat berbagi makanan dengan Dewa. 

6. Nenshi 

Nenshi dilakukan pada tangga 1 hingga 3 Januari. Yang diawali dengan ritual memberi angpao kepada anak-anak sekolah yang biasanya sekitar 2000 Yen hingga 10.000 Yen tergantung dari tingkat sekolah anak sekolah pada saat itu. 

Menyiapkan Kagaimochi yaitu mochi kecil dan besar yang diharuskan dimakan sebelum tanggal 4 Januari. 

Dan dilanjutkan pergi melihat matahari pertama di pagi hari atau yang biasa disebut dengan Hatsu Node. 

Kemudian, jika pergi keluar rumah atau Hatsumode dianggap sebagai ketaatan terhadap Dewa. Pada saat itu juga orang Jepang biasanya membeli Hamaya yaitu anak panah yang dianggap dapat menolak bala dan mengusir setan. Selain itu, juga membeli Omikuji yaitu kertas yang berisi ramalan. 

Ada pula isitilah Hatsuyumei yang berarti mimpi pertama yang dirasakan oleh orang Jepang pada malam tanggal 2 Januari. Dalam mimpi tersebut biasanya terdapat Gunung yang melambangkan keamanan, Burung Elang yang melambangkan dapat menggapai atau berjalan lebih tinggi, dan Terong yang melambangkan prestasi. 

7. Matsu No Uchi 

Yaitu ritual seminggu setalah tahun baru dilakukan dengan memakan bubur yang terbuat dari 7 bahan atau sayuran. Bubur ini disebut Nanasagayu. 

8. Dondoyaki 

Ritual ini merupakan hari terakhir dari tradisi perayaan tahun baru Jepang dimana orang Jepang membakar hiasan yang diletakkan di rumah masing-masing (Matsukado dan Shimenawakazari) di kuil. Dengan membakarnya dapat dipercaya membuang kejadian buruk yang telah terjadi di tahun lalu. 

Sumber : Webinar "Tradisi Perayaan Tahun Baru Jepang" bersama Ibu Susy Ong, PH.D. dan Ibu Imelda Coutrier Miyashita, S,S.,M.Ed. Pada tanggal 28 Desemner 2020 Pukul 09.30-12.00.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun