Mohon tunggu...
Tria Cahya Puspita
Tria Cahya Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - -

Katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Lihat, dengar dan rasakan...menulis dengan hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi Arabika Java Ijen Raung, Republik Kopi, dan Bank Indonesia

30 Oktober 2017   18:11 Diperbarui: 30 Oktober 2017   19:21 2853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Balik Kopi Arabika Java Ijen Raung dan Republik Kopi

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
"Kopi adalah mata uang persahabatan," ungkap Pepih Nugraha, seorang wartawan Kompas dalam kata pengantarnya di buku Hikayat Negeri Kopi, Syukri Muhammad Syukri. Bagaimana tidak? Dari minum-minum kopi biasanya akan tercipta obrolan antar teman dan kerabat. Bahkan dengan orang yang baru ditemui di warung kopi atau di kafe kopi yang kini menjamur di Indonesia.

Tidak terkecuali dengan Bondowoso, salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Bondowoso yang terdiri dari 23 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 209 Desa dulu lebih dikenal dengan produk tape. Namun kini telah bertransformasi menjadi Republik Kopi. Beberapa tahun belakangan, kafe-kafe kopi mulai bermunculan disebabkan kopi Bondowoso mulai dikenal masyarakat Indonesia dan Internasional. 

Tidak hanya penduduk lokal, mancanegara pun datang untuk sekedar "ngopi" dan wisata kopi. Bondowoso memiliki agrowisata perkebunan kopi Arabika, yaitu agrowisata Kalisat, Jampit dan agrowisata Blawan. Padahal dahulu kopi Bondowoso, nyariiisss... tak terdengar.

Di masa lalu, Belanda ternyata memiliki peran penting dalam penyebaran kopi di Indonesia. Belanda yang memperkenalkan pertama kali tanaman kopi jenis arabika (coffea arabika L) di pulau Jawa tahun 1699. (Sumber : Syukri Muhammad Syukri, Gramedia : 2016).

Di pulau Jawa tepatnya Bondowoso, terdapat ladang kopi di kawasan lereng kaki gunung Ijen dan Raung. Sayangnya, kopi Bondowoso kurang diminati, sebab kualitasnya rendah. Penjualannya hanya di Bondowoso. Petani mengalami kesulitan dalam penjualan sehingga seringkali menjualnya ke pengijon dengan harga yang sangat rendah. Inilah yang menyebabkan warga Bondowoso kurang berminat menjadi petani kopi. Petani belum memiliki Unit Pengolahan Hasil (UPH)/wadah kelompok tani di bawah koperasi. Koperasi yang ada belum memiliki aktivitas operasional. Petani kopi Bondowoso juga belum mendapat pembiayaan dari bank.

Kurangnya pengetahuan mengenai pemeliharaan dan budidaya tanaman kopi yang baik menyebabkan produktivitas tanaman rendah hanya mencapai 500kg (ose)/Ha/Tahun. Petani tidak memiki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pemetikan biji kopi. Saat panen, petani memetik seluruh biji tanpa membedakan biji yang layak dan belum layak panen (tidak ada pemilahan). Petani tidak memiliki perencanaan yang baik dalam proses pemanenan dan penanganan pasca panen masih dilakukan secara sederhana.

Dokumentasi KPWBI Jember
Dokumentasi KPWBI Jember
Melihat fenomena tersebut, Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilannya di Jember (KPwBI Jember) menginisiasi pembentukan klaster bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. BI melakukan survei identifikasi pada bulan Oktober -- November 2010 untuk menghimpun informasi terkait keberadaan, kondisi dan kualitas tanaman; potensi bahan baku untuk proses pengolahan; kondisi kelembagaan dan potensi kemitraan; serta pasar untuk kopi Bondowoso. 

Hasil survei berupa Laporan Kajian Pembentuan Klaster Industri Kopi (berisi gambaran, tahapan, roadmap dalam rangka pengembangan klaster kopi Bondowoso) menyatakan Kopi Bondowoso memiliki potensi untuk diekspor. Sehingga direkomendasikan untuk Pembentukan Klaster Industri Kopi Bondowoso.

KPwBI Jember kemudian membentuk Klaster Industri Kopi Bondowoso tahun 2011 melalui MOU dengan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Perum Perhutani KPH Bondowoso, PT Indocom, Bank Jatim, dan Asosiasi Petani Kopi Bondowoso. BI bersama 6 pihak lainnya berupaya meningkatkan kualitas kopi petani di Bondowoso.

Selama tahun 2011 hingga 2014, BI telah melakukan berbagai pembinaan dan pendampingan, bantuan teknis, dan peralatan kepada petani serta kelompok tani kopi di Desa Sumberwringin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun