Mohon tunggu...
Tria Lestari
Tria Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

saya menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi_Refleksi Perjalanan Pendidikan Indonesia

23 Oktober 2022   11:25 Diperbarui: 23 Oktober 2022   11:47 2367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONEKSI ANTAR MATERI

Kesimpulan Perjalanan Pendidikan Indonesia

Pendidikan mulai dianggap penting pada masa pemerintahan Belanda, tujuannya hanya untuk kepentingan material Belanda. Pada tahun 1854 pengajaran untuk rakyat gubernur jendral diperbolehkan untuk mendirikan sekolah. Sehingga pada tahun 1854 bupati-bupati menginisiasi sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai. Lahirlah Sekolah Bumiputera yang dimana rakyat hanya diajari membaca, menulis dan menghitung. Tujuannya memperoleh karyawan yang terampil, pintar dan bijaksana serta dapat dibayar murah sebagai karyawan yang dipekerjakan oleh Belanda.

Pendidikan zaman dulu sebagian besar buah dari pendidikan pengajaran zaman belanda yang kehilangan dasar-dasar nasionalismenya. Para penguasa bangsa belanda sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan, mereka semata-mata mementingkan pengajaran yang intelektualitas serta materialistis karena pendidikan hanya sebatas pendidikan intelek.  Tanpa dipungkiri Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu hasil dari pengajaran belanda.

  •             Pada permulaan untuk melepaskan belenggu intelektualisme, induvidualisme, materialisme, dan kolonialisme.  Dimulai dari Raden Ajeng Kartini (1912) sudah mengandung jiwa nasional dengan mendirikan sekolah khusus perempuan yang diddirikan oleh Yayasan Van Deventer di Semarang. Alasan Raden Ajeng Kartini tersebut karena beliau melihat adanya diskriminasi antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan. selanjutnya cita-cita Dokter Wahidin Sudirohusodo sudah membayangkan aliran kultural, namun organisasi teknik pendidikan dan pengajaran tetap tak berubah. Cita-cita tersebut tidak dapat menghapuskan corak, warna, jiwa dan kolonial sekaligus. Tahun 1920 terbentuknya organisasi Boedi Utomo dimana timbulah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Lahirlah Taman Siswa  yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan Bangsa. Tujuannya untuk melahirkan alumni-alumni yang bermanfaat dan efisien dan ikut serta dalam segala usaha kenegaraan baik dalam gerakan revolusi maupun dalam usaha pembangunan Bangsa dan Negara.
  • Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Dasar pemikiran anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berhubungan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada. Sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.
  •             Pendidikan pada pra kemerdekaan tidak semua rakyat bisa mengenyam pendidikan, apalagi untuk kaum wanita. Pendidikan pada masa kolonial ini di didasarkan pada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan kelas sosial dan golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu. Pendidikan dan pengajaran pada waktu itu hanya diarahkan kepada calon pegawai saja untuk keuntungan perusahaan Belanda itu sendiri, bukan membentuk sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan pada masa itu hanya sebatas membaca, menulis, dan menghitung seadanya, tidak ada unsur pemeliharaan benih-benih kebudayaan. Masyarakat belajar dengan tidak merasa tenang karena pada saat itu pendidikan hanya sebagai formalitas untuk menjadi pegawai saja dan hanya untuk mendapatkan nilai-nilai tinggi pada raport dan mendapatkan ijazah tidak memikirkan kejiwaannya.

Pemikiran Ki Hajar pada zaman sesudah merdeka memang wajib rakyat kita melakukan pembangunan di lapangan pendidikan dan pengajaran namun daftar-daftar pelajaran tidak cukup memberi semangat mencari ilmu pengetahuan sendiri karena tiap hari, tiap tri wulan, dan tiap  tahun, pelajar kita terus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis, anak-anak kita sukar belajar dengan tentram karena dikejar-kejar oleh ujian yang sangat keras dalam tuntutannya. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai tinggi dalam raport sekolah atau untuk dapat ijazah. Sejak tercapainya kemerdekaan Nusa dan Bangsa kita, tampak adanya keinginan, kehendak, bahkan hasrat dari berbagai golongan rakyat untuk memperbaiki segala apa yang tidak beres.

            Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikenal adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan peserta didik menjadi contoh ketauladanan) dimana guru atau orang tua yang apabila di depan menjadi contoh, bukan hanya menyuruh dan memerintah tetapi memberi contoh sehingga peserta didik lama kelamaan akan mengikutinya. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah peserta didik membangun semangat dan kehendak kebaikan) dimana perlu sosok yang bisa membangun semangat peserta didik sehingga peserta didik tidak minder tetapi bisa mengkreasikan segala yang dipunya sehingga bisa berfikir kritis, terampil dan kreatif. Tut Wuri Handayani (mengikuti di belakang untuk memberdayakan murid dan mendatangkan manfaat bagi peserta didik) mengikuti di belakang untuk memberdayakan murid dan mendatangkan manfaat bagi peserta didik.

Ki Hajar Dewantara melarang adanya paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta kreativitasnya. Mendidik dan mengajar harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Pada permulaan untuk melepaskan belenggu intelektualisme, induvidualisme, materialisme, dan kolonialisme.  Ki Hajar menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi kontribusi kepada masyarakatnya. Ki Hajar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya.

Menurut KI Hajar Dewantara dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berhubungan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Maksud kodrat alam disini bahwa setiap anak sudah membawa sifat/karakternya masing-masing. Jadi kita sebagai guru tidak dapat menghapus sifat dasar tadi, yang dapat dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi sifat-sifat jeleknya. Kodrat zaman dimaksud kita sebagai guru harus mampu mebekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali siswa dengan kecakapan abad 21.

Sebagai pendidik menjadi pemimpin yang memerdekakan dan memberi dorongan dan serta mengayomi peserta didik. Tujuan dari pendidikan kita harus berfokus pada murid dan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajarannya. Pendidik adalah penuntun sehingga dalam pembelajaran di sekolah tugas guru untuk menuntun, membimbing peserta didik dalam mencari dan menemukan konsep-konsep teori dan membantu mereka menerapkan konsep dan teori yang sudah mereka pelajari dalam kehidupannya sehingga anak-anak atau peserta didik tidak kehilangan arah dan membahayakan hidupnya.

 

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya berpikir bahwa  anak adalah kertas kosong yang harus ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan. Saya percaya bahwa tujuan Pendidikan itu bisa tercapai dengan siswa mampu memperoleh nilai kognitif yang tinggi dan memperoleh ijazah. Saya belum sepenuhnya menyadari tentang arti memanusiakan manusia itu seperti apa dan bagaimana. Saya juga beranggapan bahwa mendidik anak dengan tegas dan keras akan lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dengan memberikan hukuman verbal ketika anak melakukan kesalahan maka anak akan timbul rasa takut sehingga anak akan mengikuti semua yang diperintahkan oleh guru.

Setelah saya mempelajari lebih lanjut tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara saya memperoleh pemahaman baru yang merubah cara pandang saya sebelumnya. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memandang anak sebagai objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya merekalah subjek pembelajaran, merekalah pemegang kendali pembelajaran. Untuk mencapai tujuan Pendidikan bukan hanya dilihat dari angka atau nilai saja tetapi dari semua peroses perubahan perilaku baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam mendidik bukan hanya sekedar mengajar saja, guru yang mengajar juga belum tentu sudah mendidik. Sejatinya mengajar itu adalah proses mentransfer ilmu dan mendidik adalah perubahan sikap. Dalam proses pembelajaran guru harus bisa memenuhui kebutuhan siswa, guru juga harus memberikan perhatian dan mengahargai setiap pencapaian siswa. Mendidik tidak harus dengan memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, hal ini dikhawatirkan akan merusak mental anak sehingga anak akan sulit untuk dinasehati karena sudah terbiasa menerima hukuman. Dalam proses pembelajaran juga guru tidak harus keras dalam mengajarnya, guru harus lebih sabar dan mengetahui motif siswa melakukan tindakan-tindakan tersebut sehingga guru mampu menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi setiap permasalahan yang dilakukan oleh anak.       

  •  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun