Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya berpikir bahwa  anak adalah kertas kosong yang harus ditransfer dengan ilmu pengetahuan. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan. Saya percaya bahwa tujuan Pendidikan itu bisa tercapai dengan siswa mampu memperoleh nilai kognitif yang tinggi dan memperoleh ijazah. Saya belum sepenuhnya menyadari tentang arti memanusiakan manusia itu seperti apa dan bagaimana. Saya juga beranggapan bahwa mendidik anak dengan tegas dan keras akan lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dengan memberikan hukuman verbal ketika anak melakukan kesalahan maka anak akan timbul rasa takut sehingga anak akan mengikuti semua yang diperintahkan oleh guru.
Setelah saya mempelajari lebih lanjut tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara saya memperoleh pemahaman baru yang merubah cara pandang saya sebelumnya. Saya menyadari kekeliruan bahwa selama ini memandang anak sebagai objek dalam pembelajaran di kelas, seharusnya merekalah subjek pembelajaran, merekalah pemegang kendali pembelajaran. Untuk mencapai tujuan Pendidikan bukan hanya dilihat dari angka atau nilai saja tetapi dari semua peroses perubahan perilaku baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam mendidik bukan hanya sekedar mengajar saja, guru yang mengajar juga belum tentu sudah mendidik. Sejatinya mengajar itu adalah proses mentransfer ilmu dan mendidik adalah perubahan sikap. Dalam proses pembelajaran guru harus bisa memenuhui kebutuhan siswa, guru juga harus memberikan perhatian dan mengahargai setiap pencapaian siswa. Mendidik tidak harus dengan memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, hal ini dikhawatirkan akan merusak mental anak sehingga anak akan sulit untuk dinasehati karena sudah terbiasa menerima hukuman. Dalam proses pembelajaran juga guru tidak harus keras dalam mengajarnya, guru harus lebih sabar dan mengetahui motif siswa melakukan tindakan-tindakan tersebut sehingga guru mampu menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi setiap permasalahan yang dilakukan oleh anak. Â Â Â Â
- Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H