Mohon tunggu...
Tri Rahayuningsih
Tri Rahayuningsih Mohon Tunggu... -

S1 PGSD Kebumen NIM K7109188

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayo Cerdaskan Anak Kita

22 Desember 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Guru harus memiliki seni, yaitu seni merubah orang lain.. Menjadi apakah nantinya peserta didik adalah guru yang akan "mengukirnya". Untuk mampu "mengukir" anak sebaiknya kita punya keterampilan, ketelatenan, dan terutama kecerdasan otak. Dalam "mengukir" dibutuhkan suatu kesabaran, setahap demi setahap dengan kecerdasan otak yang dimiliki olehnya. Tidak tepat bila dikatakan bahwa guru tidaklah harus pintar. Bagaimana mungkin seorang guru mampu memintarkan muridnya bila dia sendiri tidak tahu apa-apa. Memang, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru memberikan pemahaman kepada siswanya, untuk memahamkan ini seorang guru harus memiliki ilmu, setidaknya ilmu tentang apa yang dipahamkan guru kepada muridnya. Seseorang akan mudah untuk paham tetapi belum tentu dia mampu untuk memahamkannya kepada orang lain. Ada beberapa factor membuat anak tidak cepat paham dari materi yang disampaikan guru.

1. Faktor Internal

Yaitu factor dari dalam individu siswa tersebut yang bisa mempengaruhi cepat lambatnya masuknya materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini meliputi:

a. Tingkat Kecerdasan Siswa (IQ Anak)

Tingkat kecerdasan seorang anak memiliki peranan yang begitu penting dalam bagaimana anak mampu menyerap materi dari guru. Anak yang memiliki IQ yang tinggi tentu akan lebih unggul daripada yang bawah standar. Kecerdasan IQ ini bisa merupakan factor keturunan dan bisa pula merupakan factor pembiasaan. Namun, belum tentu juga anak yang memiliki kecerdasan yang dimiliki orang tuanya, seperti bila orang tuanya memiliki kecerdasan yang superior belum tentu juga anak tersebut superior. Kecerdasan ini juga memiliki kaitan dengan kreatifitas dan pola berpikirnya. Di mana seorang anak yang memiliki intelegensi yang tinggi juga akan memiliki kreativitas yang tinggi pula serta pemikirannya lebih kritis daripada yang lain.

b. Acupan Gizi Anak

Acupan gizi seorang anak pun sangat berpengaruh pada cepat lambatnya materi yang masuk ke otak karena acupan gizi ini berpengaruh pada konsentrasi anak.

c. Permasalahan Anak

Seorang anak yang sedang memiliki masalah dalam dirinya pasti akan memiliki kesukaran dalam hal konsentrasi yang menyebabkan lambatnya materi yang masuk dalam otak.

2. Faktor Eksternal

Yaitu factor dari luar yang menyebabkan sukarnya materi yang masuk dalam otak anak:

a. Faktor Pendidik

Dewasa ini masih banyak pendidik yang bukan menjadikan anak menjadi pintar, tetapi malah bisa membodohkan siswa,. Hal ini disebabkan karena guru yang tidak mampu memberikan pemahaman kepada anak.

b. Faktor Lingkungan

Ramainya lingkungan belajar juga menyebabkan sukarnya materi yang akan masuk ke otak anak. Hal ini karena konsentrasinya terpecah.

Menyoroti factor eksternal yang kedua, hal ini menjadikan banyak pertanyaan. Seorang guru yang seharusnya sebagai alat yang paling efektif untuk membelajarkan anak. Namun malah menjadi sesuatu yang sangat kontradiktif. Hal ini terjadi karena seorang guru yang tak mampu memberikan penjelasan dan pemahaman kepada murid, sehingga terkadang penjelasan dari seorang guru pun suatu saat akan membingungkan anak. Memang, tidak semua guru menghadapi hal-hal semacam ini, tetapi kita juga belum tentu tahu kita kelompok yang mana, apakah kita termasuk guru yang professional dalam teknik pembelajaran di kelas atau kita hanya jadi boneka saja di dalam kelas yang tidak memberikan kontribusi apapun dalam mencerdaskan anak.

Menanggapi hal yang demikian, seharusnya ada suatu ide untuk mengadakan pembaharuan atau inovasi dalam pembelajaran. Pembaharuan di sini lebih ditekankan pada bagaimana menjadikan seorang guru yang mampu membuat anaknya menjadi pintar, bukan seorang anak yang memang sudah pintar karena bawaan/keturunan, anak yang pintar karena siswa itu sendiri atau karena banyaknya les yang dijalani oleh siswa tersebut. Tetapi bagaimana seorang guru mampu membuat anak yang tadinya malas belajar menjadi siswa yang tekun, siswa yang tadinya berada dalam suatu peringkat bawah menuju peringkat atas. Sehingga di sini peran guru terlihat, bukan seorang yang hanya menggugurkan kewajiban untuk menyampaikan materi di kelas tapi bagaimana seorang guru mampu membawa kelas dalam suatu kondisi belajar yang menjadikan anak kritis, kreatif, dan problem solver. Hal-hal inilah yang bisa menjadikan anak pintar, siswa berusaha sendiri namun guru akan memberikan kontribusi yang berarti untuk anak dalam pencapaian konsep.

Siswa diharapkan bukan hanya untuk menghafalkan materi yang disampaikan guru atau mendapat nilai A terus, tetapi bagaimana anak bisa menerapkan materi itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi di sini bukan hanya ditinjau dari aspek kognitif saja namun juga siswa memiliki perilaku yang dapat diukur.

Ada beberapa kiat dalam hal membelajarkan anak di kelas menuju kecerdasan:

1. Jadikanlah anak sebagai manusia yang berharkat

Siswa bukanlah objek dalam pembelajaran yang harus nurut dengan apa yang dikatakan oleh guru, tetapi hargailah pendapat anak, siapa tahu satu dari pendapat anak akan menghadirkan hal-hal yang cemerlang di kemudian hari.

2. Belajar adalah suatu proses

Sebagai seorang guru tidak boleh putus asa, bila susah dalam membelajarkan anak. Hal ini karena belajar merupakan suatu proses, bukan hal yang instan. Jadi, anak yang saat ini bodoh bukan berarti dia bodoh selamanya. Di sini guru hendaknya lebih sabar dan telaten.

3. Jadikanlah anak menuju pemikiran yang kritis, kreatif, dan problem solver

Dengan stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru, jadikanlah anak sebagai manusia yang kritis, kreatif, dan pandai memecahkan masalah. Pancinglah anak dengan pernyataan atau pertanyaan yang membuat anak selalu ingin tahu. Ketika anak sudah merasa ingin tahu, ajaklah anak untuk berpendapat. Selain dengan hal seperti ini siswa dapat pula diajak untuk mencoba dalam hal ini siswa diajak untuk praktek. Dalam hal yang ini yang lebih sering yaitu dalam mata pelajaran IPA. Bawalah anak menuju pembelajaran yang berbasis masalah, yaitu denagn memberikan permasalah kepada anak. Sehingga siswa berupaya untuk menggali informasi juga tertarik untuk mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun