Pada hari Senin  tanggal 12  Desember 2022 saya masuk ruang kolaborasi . Pada ruang kolaborasi ini saya mempelajari banyak materi dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS serta saya memberikan tanggapan pernyataan teman calon guru penggerak lainnya. Dalam diskusi ini calon guru penggerak memahami konsep budaya positif dan saling berdiskusi memberi masukan dan penguatan serta saling menanggapi, pada hari itupun kami melakukan pembagian kelompok dan saya masuk pada kelompok Y3  untuk melakukan diskusi kelompok bersama memecahkan kasus-kasus yang tersedia di LMS saya saling berkomunikasi dan berkolaborasi lewat vcon dan membentuk grup WA bersama kelompok saya ibu Atikah Suryani,S.Pd, Bu Cucun, S.Pd, Bu Irmayani,S.Pd dan Bu Siti Nenden Jubaedah,S.Pd. Rabu tanggal 14 Desember 2022  saya bersama kelompok saya dan fasilitator  melakukan kegiatan persentasi melalui vicon  di LMS. Kelompok kami  bertugas mempresentasikan kasus 4 sebagai bahan persentasi. Kasus 4 dimullai dari 2 anak yang mulanya bermain bersama, adu mulut, hingga akhirnya emosi terjadi kontak fisik. Pada saat presentasi calon guru penggerak aktif dalam tanya jawab. Setiap kelompok mempresentasikan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain. setelah presentasi tugas kelompok semakin sempurna diunggah ke LMS pada sesi unggah ruang kolaborasi.
Pada hari Kamis 15 Desember 2022 saya dan teman-teman kelompok merampungkan tugas kelompok yang telah direfisi kemudian mengaploadnya di hari itu juga. Jumat tanggal 16 Desember 2022 kami masuk ke demonstrasi kontekstual. Saya pada kegiatan ini diminta untuk mempraktikkan segitiga restitusi dengan dua kasus berbeda. Selanjutnya untuk diunggah di LMS. Pada saat inilah saya mempraktikkan kasus yang ada pada anak didik saya di kelas, kasus 1 yakni  anak yang iseng terhadap anak lain dengan berujung pertikaian menggunakan alat tulis pensil, kemudian kasus 2 yakni anak yang kesiangan masuk kelas.
 Senin tanggal 19 Desember 2022 saya masuk pada materi elaborasi pemahaman lewat vicon bersama instruktur nasional Bapak Saprudin,S.Pd. Bapak Saprudin,S.Pd memberikan penguatan tentang modul 1.4 budaya positif, kemudian saya diminta untuk membuat koneksi antar materi, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi sekarang serta membuat kesimpulan. Selain itu saya diminta menjawab pertanyaan panduan dalam materi koneksi materi ini. Setelah itu semua dilanjutkan untuk membuat Koneksi Antar Materi dan Rancangan aksi nyata yang harus diunggah di LMS pada hari Jumat tanggal 23 Desember 2022. Pada hari Rabu tanggal 21 Desember 2022 saya menjalani post tes dan Alhmdulillah tidak ada kendala jaringan . Saya diberikan waktu 60 menit untuk menjawab 20 soal pilihan ganda tentang materi yang sudah kami pelajari.
2. Feelings(Perasaan)
Setelah mempelajari modul 1.4 perasaan yang  menjadi  banyak introsfeksi karena perlu banyak yang dibenahi dalam mengaplikasikan budaya positif, disamping itu saya sangat senang dan semakin antusias untuk bisa menerapkan materi modul 1.4 ini. Saat saya menerapkan membuat keyakinan kelas disitulah saya menemukan hal yang berbeda karena dalam pembuatan keyakinan kelas ini anak dengan kesadaraannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan disiplin positif yang akan diyakininya. Pada saat pembuatan keyakinan kelas ini perasaan saya senang karena ternyata anak didik saya juga antusias. Selain itu saya juga senang dalam praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan anak. Pada saat saya melakukan restitusi itu saya sangat menghargai anak-anak didik saya karena mau jujur dan terbuka dengan permasalahan yang dihadapi dan mereka ttelah mengenal perilaku yang baik nya atau yang seharusnya dilakukan  seperti apa  untuk kedepannya tidak terulang lagi. Anak-anak didik saya sadar dan mengetahui bahwa melanggar kesepakatan kelas  mereka harus mau menerima konsekuensi sesuai dengan apa yang disepakati sebelumnya sebagai keyakinan kelas.
3. Findings(Pembelajaran)
Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 budaya positif ini adalah bahwa sebagai calon guru penggerak harus menempatkan diri dalam posisi kontrol yang  tepat, penerapan budaya positif disekolah yaitu  dengan  menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada anakyang melanggar keyakinan kelas.
Segitiga restitusi menciptakan kondisi murid untuk memperbaiki kesalahan merekabisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen;2004). Dan memang benar hal tersebut dapat menyelesaikan masalah selesai dengan damai dan muridpun tidak kehilangan identitas mereka justru mereka kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik. Pada saat inilah guru dan murid menerapkan kondisi "menang-menang".
4. Future (Penerapan)
  Sebagai penerapan kedepan saya adalah sebagai berikut:
- Mengimbaskan kepada Ibu kepala sekolah dan rekan sejawat apa yang sudah saya pelajari dan praktekkan
- Membuat keyakinan kelas sebelum memulai pembelajaran berikutnya
- Selalu menerapkan segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid
- Mengajak semua warga sekolah untuk mengenal dan peka dengan ikut serta melakukan budaya positif.
 "Tut wuri handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso". Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.." -- Ki Hajar Dewantara --