Mohon tunggu...
Trecy
Trecy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Gizi Universitas Indonesia | Kompasiana Youth Creator - Batch 1

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self-Healing: Bad or Good?

24 Juli 2023   21:02 Diperbarui: 24 Juli 2023   21:18 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kata "healing" sudah tak asing lagi di telinga kita, kata-kata ini sering digunakan khususnya di kalangan remaja hingga dewasa muda. Healing atau Self-Healing sendiri bermakna sebagai proses penyembuhan dari kondisi kesehatan yang buruk, baik kesehatan emosional (seperti trauma, depresi, kecemasan, dan stres ) maupun masalah kesehatan fisik yang menyertainya (Davis et al., 2023). Namun, tidak sedikit masyarakat menganggap cara healing dengan menghabiskan waktu bepergian ke tempat-tempat mahal atau sekadar jalan-jalan yang menguras keuangan. 

Gen z juga tidak ragu untuk mengeluarkan uang banyak buat nongkrong di kafe atau restoran mahal, staycation di hotel, liburan ke luar kota, dan membeli barang -barang branded yang sedang viral. Alasannya  untuk "healing" dari rutinitas sehari-hari yang bikin pusing. Bukannya menyembuhkan pikiran yang lagi pusing, cara healing tersebut malah membuat gen z jadi boros dan konsumtif

Lantas, self-healing perlu gak sihh?

Sebagai kaum milenial yang hidup di zaman yang serba sibuk, seringkali kita memperoleh banyak tekanan, baik dari akademik, pekerjaan maupun relasi sosial dengan sesama. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu untuk melakukan aktivitas yang membuat diri lebih rileks dari segala kepenatan yang melanda dan juga sebagai pendorong untuk lebih produktif melakukan tugas-tugas berikutnya. 

Jadi, self-healing sebenarnya tidak salah. Namun self-healing akan berdampak negatif jika kita tidak memanajemen keinginan kita secara bijak. Yang akan terjadi justru malah pemborosan dan perilaku konsumtif. Kita harus selektif memilih mana kebutuhan dan keinginan. Bisa jadi pengeluaran yang kita habiskan dengan alasan healing, sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan. Dengan alasan tersebut banyak sekali kaum muda yang dengan mudah mengeluarkan uang mereka dengan jumlah yang tidak sedikit.

Terkadang kaum muda tidak dapat menahan keinginan mereka untuk sekedar kesenangan sesaat tanpa ada Batasan apapun. Apalagi jika terdapat dorongan dari teman-teman sebaya. Hingga akhirnya menyesal dan menyadari bahwa uang yang dikeluarkan sebenarnya bukan untuk keperluan yang  benar-benar dibutuhkan. Sebenarnya hal tersebut dapat kita cegah dengan cara manajemen keuangan yang baik dan membedakan mana kebutuhan dan keinginan. 

Berikut kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya self-healing yang bijak : 

1. Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga 

Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga seperti olahraga bersama, makan bersama di meja makan, atau sekedar mengobrol untuk berbagi cerita bersama di ruang keluarga merupakan salah satu upaya healing. Selain dapat berbagi cerita bersama keluarga dan saling bertukar pikiran tentang kondisi yang sedang dihadapi. Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga juga dapat mempererat bonding satu sama lain.

2. Berbuat baik kepada orang lain

Healing bukan hanya sekedar menghabiskan uang untuk kesenangan diri sendiri saja. Berbuat baik pada sesama seperti memberi dan berbagi khususnya kepada orang yang membutuhkan. 

Berbagi kepada sesama bukan dilihat dari seberapa besar yang kita berikan, namun keikhalasan hati kita dalam memberi. Seberapa pun yang kita berikan akan sangat bermakna bagi orang yang membutuhkan. Hati kita akan damai melihat senyuman tulus yang terpancar dari mereka saat menerima pemberian kita. 

Hal ini bukan hanya sarana healing bagi kita, namun healing juga bagi orang lain. Berbuat baik juga tidak harus soal materi, kita juga dapat menggunakan tenaga kita untuk membantu orang lain.

3. Ibadah mendekatkan diri pada Tuhan

Cobalah luangkan waktu untuk melakukan ibadah dengan niat yang benar-benar menghadap Tuhan . Bukan sekedar menjalankan kewajiban atau rutinitas saja. Lakukanlah di tempat yang benar-benar tenang dan mendukung diri untuk dapat fokus. Gunakan waktu tersebut untuk merenung, berdoa, dan berdialog dengan diri sendiri. Hal tersebut juga dapat menjadi sarana healing sekaligus refleksi diri agar lebih baik lagi ke depannya.

Jadi, self-healing tidak buruk selama dilakukan dengan bijak. Kita harus mampu mengatur dan membatasi keinginan kita agar tidak terjebak pada perilaku boros dan konsumtif yang akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu, jadilah kaum muda yang pandai dan bijak dalam memilih aktivitas healing yang sesuai dengan kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun