Keseruan pemantik ini mungkin dimulai dari perhelatan Pilpres dan Pileg secara serentak 2024, mundurnya ketua umum sebuah partai besar, hingga keputusan Mahkamah Konstitusi yang menimbulkan darurat demokrasi. Â
Peristiwa mutakhir ini, saya yakin akan merembes ke Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang juga diselenggarakan secara serentak tahun ini. Â Dan semua orang tahu syarat pertama politik bukanlah kecerdasan atau stamina, tetapi kesabaran. Â Sebab politik adalah permainan panjang, seperti dalam cerita kura-kura biasanya akan mengalahkan kelinci.
Termasuk dalam konstelasi politik jelang Pilwakot Semarang 2024, kejutan sudah terjadi sejak awal. Peta Pilwakot Semarang berubah drastis sejak Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu terjerat dalam kasus hukum. Berturut kemudian munculnya Bupati Kendal, Dico M Ganinduto yang mulanya ingin bersaing dalam kontestasi Pilkada Jateng, berubah pikiran untuk jadi pesaing di Pilwakot Semarang. Dan tidak menutup kemungkinan akan berubah lagi. Apalagi konon dia memiliki dekengan kuat di tingkat pusat.
Tokoh yang notabene non partai kembali promosi dirinya setelah keputusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini. Mereka seperti kembali memperoleh angin segar untuk bersaing kembali setelah ambang batas perolehan suara partai pengusung diturunkan hingga menjadi 6,5%, bahkan partai "kecil" pun bisa ikut mengajukan calonnya sendiri.
Keseruan dan kejutan akan mewarnai Pilwakot hingga batas akhir pendaftaran calon wali kota dan wakilnya di KPU, tanggal 27 sampai 29 Agustus 2024. Menelusuri dengan prinsip plot twist di atas, bisa jadi bangunan yang diduga masyarakat akan runtuh seketika.
Namun saya melihat, lain halnya dengan Yoyok Sukawi yang sepertinya sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Diakui atau tidak, saat ini ia adalah kandidat terkuat calon Wali Kota Semarang, meski bisa saja terjadi ia akan melawan lebih dari dua pasangan calon. Â
The Cabin in The Woods, tidak meninggalkan satu pun yang selamat, namun menyiratkan bahwa perjuangan yang progresif melawan paradoks-paradoks film berjenis horor ini setidaknya melahirkan cara baru untuk melawan tatanan yang sudah kuno. Di scene terakhir, kemunculan sebuah tangan besar serupa bahasa alegoris yang menampakkan invicible hand sebagai penguasa kabin. Â
Kuncinya tentu saja pemihakan total kepada kerakyatan adalah cara mutlak untuk memenangkan pertempuran melawan monster-monster yang tersimpan di ruang bawah tanah. Itulah salah satu cara yang harus dilakukan Yoyok Sukawi ke depannya. Sembari berkesadaran untuk selalu waspada dengan ungkapan You Think You Know the Story.
Ingat, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.(wartosae)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H