LIMA pemuda tanggung berencana mengisi waktu luang dengan berlibur di hutan dan menempati pavilion milik salah satu saudaranya. Mereka berangkat dengan penuh semangat, berharap mendapat kegembiraan luar biasa dengan liburan kali ini. Sesampainya di pavilion yang dituju, mereka terpukau dengan keadaan dan suasana sekitar yang cukup fantastis. Â
Meski terlihat seram, mereka sanggup meredam ketakutan di dalam dirinya, hingga mereka sampai ke ruang bawah tanah dan menemukan sebuah buku harian milik Patience Buckner, seorang anak yang dianiaya secara sadis oleh keluarganya sendiri.
Dan setelah menemukan buku harian tersebut, berturutan mereka mengalami peristiwa aneh, misterius, dan membahayakan. Dalam The Cabin of The Woods (2012) cerita horor ini dibalut dengan bumbu komedi yang lumayan mengena. Â
Keseruan film ini memang mengejutkan dalam banyak aspek. Dan yang menarik adalah ketika mendapati di poster film ini ada sebuah tulisan "You Think You Know the Story" (kamu kira kamu tahu ceritanya-red), mengingatkan sebuah unsur kejutan yang merupakan cara untuk mengatakan bahwa film ini tak mudah ditebak untuk kemudian menggiring kita untuk mengatakan "betapa cerdasnya ini".
Ungkapan You Think You Know the Story dapat disebut sebagai "twist" atau "surprise" yang dimasukan dalam film, hingga kita akan dikejutkan dengan satu atau banyak hal yang meruntuhkan segala dugaan yang sudah kita bangun saat awal menonton film. Â
Hal inilah kemudian memunculkan beberapa prinsip semacam Chekov Gun, yaitu jika di awal cerita mengenai sesuatu, semisal benda itu adalah pisau yang menjadi objek utama sebuah kasus pembunuhan, penonton akan mengira bahwa pisau itu digunakan untuk membunuh. Namun dengan cara yang unik, di akhir cerita ternyata pisau tersebut adalah mainan. Biasanya dalam persoalan public ini disebut juga red herring (pengalih perhatian).
Ada juga prinsip Anagnorisis, penggambaran tokoh protagonis yang berbalik. Tokoh yang di awal cerita sarat dengan kebaikan atau cenderung sebagai korban lalu dibalik pada akhir cerita, tokoh ini memberikan pengakuan yang mengejutkan dan berbeda dengan apa yang telah dibangun sejak awal. Â
Ada juga prinsip Analepsis dengan bangunan cerita kilas balik (flashback) yang mengingkari di akhir cerita. Semisal diceritakan pembunuhnya sudah tertangkap, namun di akhir cerita ditampilkan flashback pembunuh sebenarnya bukan yang sudah tertangkap.
You Think You Know the Story sepertinya merambah sampai ranah politik kekinian. Di mana peristiwa politik mutakhir belakangan ini menampilkan plot twist yang tak terduga yang cukup menyita perhatian, hingga merembes sampai ke bawah. Â
Dari plot twist yang terus dijejalkan inilah timbul spekulasi, opini dan "ketidakjelasan" yang bisa membuat bimbang berbagai pihak, dan lebih jauh lagi bisa menimbulkan kekonyolan-kekonyolan yang menggambarkan bahwa belum dewasanya perjalanan politik di negara ini.
Keseruan pemantik ini mungkin dimulai dari perhelatan Pilpres dan Pileg secara serentak 2024, mundurnya ketua umum sebuah partai besar, hingga keputusan Mahkamah Konstitusi yang menimbulkan darurat demokrasi. Â
Peristiwa mutakhir ini, saya yakin akan merembes ke Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang juga diselenggarakan secara serentak tahun ini. Â Dan semua orang tahu syarat pertama politik bukanlah kecerdasan atau stamina, tetapi kesabaran. Â Sebab politik adalah permainan panjang, seperti dalam cerita kura-kura biasanya akan mengalahkan kelinci.
Termasuk dalam konstelasi politik jelang Pilwakot Semarang 2024, kejutan sudah terjadi sejak awal. Peta Pilwakot Semarang berubah drastis sejak Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu terjerat dalam kasus hukum. Berturut kemudian munculnya Bupati Kendal, Dico M Ganinduto yang mulanya ingin bersaing dalam kontestasi Pilkada Jateng, berubah pikiran untuk jadi pesaing di Pilwakot Semarang. Dan tidak menutup kemungkinan akan berubah lagi. Apalagi konon dia memiliki dekengan kuat di tingkat pusat.
Tokoh yang notabene non partai kembali promosi dirinya setelah keputusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini. Mereka seperti kembali memperoleh angin segar untuk bersaing kembali setelah ambang batas perolehan suara partai pengusung diturunkan hingga menjadi 6,5%, bahkan partai "kecil" pun bisa ikut mengajukan calonnya sendiri.
Keseruan dan kejutan akan mewarnai Pilwakot hingga batas akhir pendaftaran calon wali kota dan wakilnya di KPU, tanggal 27 sampai 29 Agustus 2024. Menelusuri dengan prinsip plot twist di atas, bisa jadi bangunan yang diduga masyarakat akan runtuh seketika.
Namun saya melihat, lain halnya dengan Yoyok Sukawi yang sepertinya sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Diakui atau tidak, saat ini ia adalah kandidat terkuat calon Wali Kota Semarang, meski bisa saja terjadi ia akan melawan lebih dari dua pasangan calon. Â
The Cabin in The Woods, tidak meninggalkan satu pun yang selamat, namun menyiratkan bahwa perjuangan yang progresif melawan paradoks-paradoks film berjenis horor ini setidaknya melahirkan cara baru untuk melawan tatanan yang sudah kuno. Di scene terakhir, kemunculan sebuah tangan besar serupa bahasa alegoris yang menampakkan invicible hand sebagai penguasa kabin. Â
Kuncinya tentu saja pemihakan total kepada kerakyatan adalah cara mutlak untuk memenangkan pertempuran melawan monster-monster yang tersimpan di ruang bawah tanah. Itulah salah satu cara yang harus dilakukan Yoyok Sukawi ke depannya. Sembari berkesadaran untuk selalu waspada dengan ungkapan You Think You Know the Story.
Ingat, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.(wartosae)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H