“Apa yang ingin kau minta, Rizuki? “
“Aku ingin engkau menemaniku. Dalam rencana ini, aku ingin meminta bantuan teman-temanku. Akan tetapi, mereka tinggal berjauhan. “
“Baiklah, aku mengerti, Rizuki. Tapi, bukankah aku akan menjadi beban jika menemanimu? Aku bahkan tak bisa bertarung sama sekali. “ tampak kegelisahan mulai merayapi wajahnya.
“Tak apa, Airen-san. “ lalu kuberikan sebuah pisau, yang kuambil sebelumnya dari ninja.
“Bawalah pisau ini. Gunakanlah saat musuh menyerangmu. “
“Te.. Terima kasih, Rizuki-san. “
“Sekarang tidurlah. Besok pagi, kita akan berangkat. “ ujarku.
Ia pun segera beranjak, menuju ruang tidurnya. Sementara  aku tetap di ruangan itu, memandangi pekarangan rumahnya. Kurasakan kejanggalan pada pekarangan rumahnya.
“Koak koak koak! “ terdengar suara burung gagak, yang terbang bergerombol di dekat pohon itu. Aku segera keluar, mencari sosok yang sedang bersembunyi.
“Burung gagak di malam hari? Tak seperti biasanya. “
Aku pun sedikit heran dengan suasana ini. Aku pun mulai menebak-nebak siapa sosok tersebut. Tapi, tetap saja tak terterka siapa orang itu.