Mohon tunggu...
Tradisinesia
Tradisinesia Mohon Tunggu... Seniman - Aktivis Budaya Lokal

akun yang menyajikan sekilas tentang budaya, khususnya budaya daerah yang memiliki nilai-nilai keluhuran terhadap alam, lingkungan dan hubungan antar masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Seni

Berokan Dermayu (Indramayu)

1 Oktober 2023   09:49 Diperbarui: 1 Oktober 2023   09:50 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesenian Berokan nyaris tersebar seantero Pulau Jawa, khususnya wilayah pantura, termasuk di Indramayu. Berokan yang dikenal di Indramayu sesungguhnya merupakan kebudayaan enkulturasi dari seni Barongan yang banyak berkembang di Jawa Tengah. Barongan atau Berokan untuk penyebutan di Indramayu merupakan jenis kesenian rakyat yang cukup tua dalam khasanah budaya nusantara.

Ada banyak pendapat yang melatarbelakangi keberadaan Berokan di Indramayu. Tiap-tiap daerah maupun pelaku kesenian tersebut memiliki versi yang berbeda. Namun jika disimpulkan secara umum, latar belakang Berokan di Indramayu mengental pada tiga sudut pandang naratif; latar belakang pertama terkait dengan kisah Prabu Parikesit yang pada saat itu situasi kerajaannya sedang mengalami penyerbuan dari pihak lawan dan juga adanya pandemi. Untuk menyasari agar musuh tidak sampai masuk melintasi batas kerajaan maka Prabu Parikesit memerintahkan putranya untuk membuat lukisan super besar bergambar hutan belantara beserta isinya.

Sedangkan untuk penolak bala adanya wabah penyakit, Prabu Parikesit pun meminta putranya untuk melukis lagi dengan gambar hamparan laut pun beserta isinya. Di mana hasil lukisan tersebut terdapat kepala ikan tanpa badan. Untuk menyempurnakan dibuatlah "barong" dengan dilengkapi punggung kulit kambing dan badan terbuat dari karung goni. Wujud baru tersebut diberi nama Rongrong Barong, yang berarti rorong itu tempat ikan berada.

foto: Agus Purnomo
foto: Agus Purnomo

Berbeda dengan tuturan riwayat yang diwariskan secara turun-temurun di kalangan seniman Berokan, yang menahbiskan Berokan sesungguhnya merupakan warisan Pangeran Korowelang atau Pangeran Mina, yaitu penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu. sedangkan pendapat ketiga mengatakan bahwa Berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Pangeran Cakrabuana, yang digunakan sebagai media syiar Islam ke wilayah Galuh.

Secara bentuk Berokan yang dikenal di Indramayu lebih mendekati dengan bentuk-bentuk mitis totemistik dari binatang serupa buaya, wajah raksasa dengan mata kaca cermin, berekor belang, serta tubuh yang terbuat dari bahan karung goni dan punggung dari kulit kambing yang semuanya memiliki value penyimbolan kepemimpinan, keagungan, kelembutan hati, kesadaran diri, kesederhanaan dan juga kesetaraan dalam spektrum kehidupan bermasyarakat.

screenshot Budaya Dermayu
screenshot Budaya Dermayu

Sebagai folklore atau kesenian rakyat dalam pertunjukannya membutuhkan lapangan terbuka dan tidak ada jarak interaktif antara pelaku berokan dengan penonton, sehingga berokan menjadi salah satu kesenian yang merakyat. Pada umumnya pemain Berokan adalah laki-laki dan bergantian apabila pemangku hajat menghendaki permainan Berokan lebih dari satu babak. Untuk melibatkan penonton Berokan digerak-gerakkan dengan lincah, dan kedoknya dimainkan dengan cara buka-tutup di bagian mulutnya seakan-akan hendak menggigit, sehingga mengeluarkan efek bunyi yang khas dan cukup keras.

Pertunjukan Berokan diawali dengan tetalu dan kidung "Rara Roga" atau jampi-jampi dalam bahasa ibu. Dilanjutkan dengan pelaku memakai Berokan, memainkannya dengan cara berdialog maupun bernyanyi dengan menggunakan srompet yang terbuat dari tulang maupun ruas bambu yang terkulum di bagian mulut si pelaku.

Dalam adegan dialog inilah adanya pesan-pesan disampaikan oleh berokan dengan secara verbal sesuai dengan tema yang telah ditentukan, biasanya terkait persoalan atau isu kehidupan bermasyarakat yang sedang dialami atau sedang berlangsung secara umum, seperti halnya adanya pandemi, kelangkaan pupuk, atau menyampaikan beberapa hal tentang program-program pemerintah daerah maupun pusat.


Dilanjut dengan menari ritmik dan tanpa pola, lambat dan kemudian perlahan-lahan naik turun, sebelum kemudian memasuki adegan "mengejar penonton" biasanya yang dikejar adalah anak-anak. Adegan ini dianggap sangat menghibur karena diramaikan dengan gelak tawa dan juga ada perasaan takut bagi penonton atau yang dikejarnya.

Jika dikehendaki oleh penanggap (pemangku hajat) sebelum adegan penutup, maka dilakukan adegan tambahan namun tidak terpisahkan secara struktur, yaitu melakukan adegan "kirab sawan", yakni ritual penyembuhan atau untuk keselamatan dan keberkahan. Dalam adegan ini disimbolkan dengan berokan memasuki kamar dan mengambil bantal dengan mulutnya, lalu melemparkannya ke atas genting.

screenshot Budaya Dermayu
screenshot Budaya Dermayu

Alat penunjang musiknya terdiri dari: Trebang atau blangber, kendang, kecrek, dan bende (kemung). Pemusik biasanya terdiri dari enam orang. Sekalipun musiknya terdengar monoton ciri dari jenis kesenian rakyat, namun dengan kelincahan dan integralitiknya pelaku yang memainkan Berokan membuat pertunjukan tersebut terasa dinamis, apalagi pada saat adegan mengejar penonton.

foto: Panitia Festival Tjimanoek 2018
foto: Panitia Festival Tjimanoek 2018

Selain sebagai hiburan, penolak bala, dan makna artifisial dalam konteks seni rupa, pada masa penyebaran agama Islam berokan dijadikan pula sebagai media dakwah, itulah mengapa ada istilah bahwa nama berokan berasal dari kata barokah.

Berokan dimainkan oleh sang Dalang. Antara Berokan dengan yang memainkannya disimbolkan antara jasad dan ruh; berokan sebagai jasad, dan dalang sebagai ruhnya. Manakala dalang masih dalam jasad, maka Berokan akan selalu bergerak ke sana-kemari. Lain halnya jika ruh tersebut keluar dari jasad, maka jasad atau berokan tersebut tidak berdaya sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun