Mohon tunggu...
Toto Sugiarto
Toto Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - guru

Nama Toto Sugiarto nama pena Ayman S. Hobi olahraga, travelling, dan menulis. kedudukan di Klaten, sehari-hari sebagai pendidik di SMAN 3 Klaten.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Teacher's Rainbow Trail (13)

3 Agustus 2023   20:30 Diperbarui: 27 Januari 2024   22:04 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bab 13. Ujian Mid Semester

Malam yang cerah, bulan dan bintang menampakkan wajahnya dengan sinar yang menerangi bumi.

Tiga insan mahasiswa sedang berjuang menghafal materi pelajaran yang akan diujikan besok pagi. Di setiap ruang RPT yang tersebar di wilayah kelurahan Kukusan, berisi mahasiswa yang sedang belajar, di mana satu perumahan RPT di huni oleh empat mahasiswa.

Suasana malam yang sejuk dan sunyi merupakan waktu yang tepat untuk belajar. Bagi mahasiswa yang sistem belajarnya SKS (Sistem Kebut Semalam), malam menjelang ujian merupakan pertaruhan sukses tidaknya  menghadapi ujian besok pagi.

"Besok kamu ujian apa, Alif?" tanya Muslim.

"Matematika dasar. Saya senang dengan dosennya. Orangnya lincah, pengertian, dan tidak pernah marah. Cara penyampaiannya juga tidak bertele-tele, langsung ke inti materinya. Namanya Bu Asih!" jawab Alif, panjang lebar menjelaskan dosennya.

"Aku juga sama, ujian matematika dasar. Dosenku bukan Bu Asih, namanya Pak Topo. Dia juga enak penjelasannya, jago matematika. Buku ajarnya saja pengarangnya dia, katanya bukan hanya di kampus kita saja yang menggunakan buku karya dia, kampus lain juga menggunakan bukunya," kata Muslim, tidak mau kalah dengan kehebatan dosennya Alif.

"Wah tidak terasa sudah jam tiga pagi ini, aku mau salat malam dulu ya!" kata Adi, sambil menguap merasakan serangan kantuk.

"Aku juga, mata ini rasanya berat sekali untuk diajak baca, mungkin dengan salat malam bisa menghilangkan rasa ngantuknya," saut Alif.

"Kalau begitu, kita salat malam berjamaah saja, ajak tuh si Muslim yang sedang asyik dengan penanya!" kata Adi.

Muslim juga segera bangkit dari tempat duduknya, langsung mengambil air wudu dan ikut berjamaah di samping Adi. Sebagai imam salat malam adalah Alif yang lebih banyak hafalan Qur'annya. Mereka bertiga larut dengan salatnya, melaksanakan dengan tumaninah dan meresap ayat yang dibaca Alif ke dalam hati. Surat yang biasa dibaca Alif adalah surat Ar-Rahman, dilanjutkan surat Al-anfal ayat satu sampai dengan ayat delapan.

"Aku tidur dulu ya, sudah ngantuk berat ini, mataku rasanya pedih menahan kantuk," kata Adi, sambil meletakkan badannya di sajadah tempat salatnya.

"Tunggu Adi, jangan di sajadah tidurnya, nanti kamu masuk angin, pindah ke kasur sana!" kata Alif, menyuruh Adi untuk pindah tidurnya ke kasur.

"Ya, aku pindah tapi jangan lupa nanti kalau sudah azan subuh dibangunkan ya, Alif!" pinta Adi ke Alif.

"Oke, selamat mimpi indah kawan, jangan lupa sebelum tidur baca doa dulu, biar tidak dikencingi setan telinganya," kata Alif, mengingatkan Adi.

Suara azan subuh berkumandang di masjid yang ada di keluran kukusan. Alif sudah membangunkan Adi dan Muslim yang tidur lelap. Kemudian ketiganya menuju masjid untuk menunaikan kewajiban salat subuh berjamaah. Mereka bertiga melaksanakan salat sunah tahiyatul masjid dan salat sunah fajar. Alif meyakini bahwa salat berjamaah di masjid pahalanya dilipatkan dua puluh tujuh derajat, dibandingkan dengan salat di rumah. Salat fajar pahalanya lebih baik dari dunia dan seisinya. Dengan kondisi apapun akan diusakan untuk tetap melaksanakan kewajiban salat wajib di masjid dan menjaga salat fajar untuk mendapatkan kemuliaan dan kebaikan.

"Alif, kamu mau pulang tidak sekarang?" tanya Adi ke Alif yang sedang khusuk dengan wirid almatsuratnya.

"Aku masih mau melanjutkan tilawah qur'an satu juz dulu, dilanjutkan nanti kalau sudah syuruk salat sunah syuruk dua rakaat baru pulang, " kata Alif.

"Jangan lupa, aku titip doa biar ujian midnya lancar. Aku sama Muslim pulang dulu ya!" kata Adi, sambil pamit sama Alif.

Sekitar pukul tujuh, ketiga mahasiswa itu sudah bersiap-siap  berangkat ke kampus untuk melaksanakan ujian mid semester. Muslim yang mengunci pintu rumah dan menutup gorden jendela serta kaca nako depan rumah. Di halte Bus Kampus wilayah kukusan, sudah banyak mahasiswa yang mengantri untuk naik Bus Kampus. Alif, Adi, dan Muslim segera naik bus yang baru saja datang dan berhenti di halte. Setelah terangkut semua mahasiswa yang antri ke arah FMIPA dan sekitarnya, bus melaju dengan membawa rombongan mahasiswa yang akan ikut ujian mid semester.

Setelah sampai Fakultas, ketiganya menuju ke ruang ujian. Ternyata banyak mahasiswa yang sudah  menempati tempat duduk paling belakang. Sehingga untuk mahasiswa yang datang terlambat, justru mendapat bangku kehormatan di depan pengawas ujian. Mereka menggunakan kesempatan untuk bisa saling bertanya satu sama lain, ketika dosen yang mengawasi ujian lengah. Istilahnya menurut rekan-rekan mahasiswa "Posisi menentukaan IP" artinya ketika dapat posisi bagus bisa saling tukar menukar jawaban, maka Indek Prestasi juga akan naik, dengan nilai ujian yang baik tentunya.

"Terlambat kita, Adi!" Bisik Muslim.

"Apanya yang terlambat, Muslim?" tanya Adi.

"Itu, tempat enak sudah habis di booking sama yang datang duluan. Kita dapat tempat di depan. Padahal aku belum siap ini, masih banyak soal yang belum di bahas tadi malam," bisik muslim, sambil melirik sama mahasiswa yang duduk di belakang.

Begitulah tingkah laku mahasiswa yang belum siap belajar, berharap dapat posisi yang enak, sehingga bisa leluasa untuk mencari bocoran jawaban dari mahasiswa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun