"Aku lagi memikirkan keadaan orangtua di kampung. Abahku sudah tidak bekerja, untuk kebutuhan harian mengharapkan kiriman dari Masku yang dari Bekasi, sementara biaya kuliahku sudah di stop semenjak dua bulan yang lalu," kata Alif.
"Kamu sekarangkan sudah dapat beasiswa, walaupun sedikit lumayan bisa nyambung nyawa untuk satu bulan, dan biaya semester juga sudah tidak ada karena program beasiswa, apa lagi yang kamu pikirkan?" kata Adi.
"Ayo sekarang kita keluar, cari makan yang enak, aku traktir kamu!" ajak Adi.
"Tapi ada syaratnya ya, kamu tidak boleh nambah nasi, karena aku pengen ke rumah makan di depan kelurahan yang banyak ngumpul cewek cantiknya, aku lagi ngecengin anak sastra yang ada tai lalatnya di hidung," pinta Adi, sama Alif dengan syarat tertentu.
"Oke Bos, kalau urusan kampung tengah (perut) aku tidak bakalan nolak, lagi pula aku belum makan dari pagi nih," jawab Alif dengan semangat.
Mereka berdua berangkat meninggalkan rumah untuk mengisi perut, dengan tujuan kantin depan kelurahan. Setelah sampai di tempat tujuan Adi berbisik-bisik sama sahabatnya Alif, karena kecengannya juga sedang berada di kantin. Setelah selesai makan dan puas melihat gerak-gerik sang primadona, walaupun hanya sebatas memandang dari kejauhan ini sudah menjadi obat hati untuk memenuhi rasa rindunya, kemudian pulang ke rumah dengan hati yang lega.
Ujian tengah semester sebentar lagi tiba, Alif. Â Adi, dan Muslim sudah menyiapkan diri belajar untuk menghadapi ujian. Setelah pulang kuliah, ketiganya langsung pulang menuju RPT dan istirahat, tidur sore. Kebiasaan Mahasiswa di RPT adalah belajar SKS ( Sistem Kebut Semalam), maka di sore hari mereka berusaha tidur, untuk mendapatkan kebugaran ketika malam hari belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H