Ternyata saking asyiknya membaca, sampai tempat pemberhentian yang di tuju terlewati. Angkot sudah sampai diujung trayeknya. Alif bingung dan ditanya sama sopir angkot, “Mas mau kemana?” Alif tidak bisa menjawab, hanya diam seribu bahasa.
Sopir angkot semakin jengkel, melihat Alif ditanya malah jawabannya dengan linangan air mata penyesalan. “Kenapa aku ini ya Allah! Ko bisa sampai terlewat tempat ujiannya.” bisik Alif dalam hati.
Setelah menyadari terlewat jauh, Alif pun mengiba sama sopir angkot biar ikut satu putaran trayek lagi, dan minta diturunkan di SMAN 68 Jakarta.
Setelah negosiasi dengan Pak Sopir, kemudian angkot berbalik arah menuju lokasi ujian. Akhirnya Alif sampai di tempat ujian, dengan konsekwensi keterlambatan setengah jam. Panitia rayon sibuk membuat surat ijin untuk membolehkan Alif masuk ke ruang ujian UMPTN. Dengan konsekwensi tidak ada perpanjangan waktu pengerjaan, Alif dengan tegangnya menyetujui pernyataan panitia. Hanya zikir yang bisa dilakukan oleh Alif, tidak berhenti dari membaca zikir sambil mengerjakan soal.
Dengan kekuatan lantunan zikir, yang senantiasa terhubung dengan Sang Penguasa Ilmu, berdampak pada hati dan pikiran. Setiap membaca soal, langsung tergambar jawaban yang pernah di pelajari di buku Skalu dan UMPTN. Memudahkan berpikir, untuk menghitung dan menuangkan rumus dalam peta konsep pikiran. Sesuai dengan firman Allah di dalam al-qu’ran bahwa dengan mengingat Allah maka hati akan tenang. Dengan hati yang tenang maka mudah untuk berkonsentrasi, soalpun mudah untuk di jawab.
Akhirnya Alif bisa menyelesaikan semua soal, tepat bel tanda habis pengerjaan berbunyi. Semua soal sudah dikerjakan dengan keyakinan bisa mengerjakan dengan baik, mengerjakan tanpa ragu. Tinggal menunggu hasilnya, apakah bisa tembus masuk ke PTN pilihannya, atau gugur, kandas di tengah jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H