Satu bulan sudah Alif mempersiapkan diri untuk ikut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Buku yang dijadikan makanan hariannya adalah buku SKALU, Soal dan Pembahasan UMPTN. Buku tebal berwarna merah, yang isinya super lengkap dari mulai soal dan pembahasan Bahasa Indonesia, Matematika dasar, IPA, dan IPS. Buku ini merupakan warisan dari Mas Rahman, yang sekarang bekerja di Cakung Furniture, sebuah perusahaan yang melayani ekspor barang-barang furniture dalam negeri.
Satu pekan menjelang tes UMPTN, rencananya Alif pergi menuju Kota Bekasi, menumpang hidup di rumahnya Mas Rahman. sebagai transit untuk mengikuti UMPTN. Pagi-pagi sekali Alif berpamitan kepada Emih dan Abah minta doa dan restunya serta minta ongkos plus sangu hidup selama di Bekasi. Emih mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan lembaran uang kertas hasil menjual kalung dan gelang yang sengaja menyimpan investasi nya lewat perhiasan untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
“Emih! Alif pamit ya, dan mohon doanya biar bisa masuk ke Perguruan Tnggi Negeri, ya Mih!” kata Alif, minta restu kepada Emih.
Emih kemudian memeluk Alif, seraya melantunkan doa.
“Yaa Allah, berikan kemudahan kepada Alif, anak hamba. untuk melanjutkan studinya ke PTN yang dia idamkan Yaa Robb. Kabulkan Yaa Allah keinginan anak Hamba. Kabulkan doa Hamba Yaa Allah!” kata Emih, sambil mengangkat kedua tangannya.
“Aamiin!” bisiknya, dengan khusunya mendoakan Alif.
“Abah! Alif pamit, dan mohon doanya biar bisa masuk ke Perguruan Tnggi Negeri, ya Bah!” kata Alif kepada Abah.
Abah kemudian memeluk Alif, seraya melantunkan doa keselamatan dan kesuksesan.
Tolelot-tolelot suara bus jurusan Jakarta menghampiri tempat Alif yang sedang menunggu. Kemudian bersegera naik masuk ke dalam bus. Lambaian tangan Emih dan Abah masih terlihat jelas oleh Alif semakin menjauh sampai tidak terlihat lagi. Kemudian duduk dan tidak berapa lama tertidur pulas bersamaan melajunya bus jurusan Jakarta, yang saling kejar-kejaran dengan bus yang lainnya.
Sehari menjelang UMPTN, Alif diajak Mas Rahman untuk melihat lokasi ujian yang berada di SMAN 68 Jakarta. Tempat yang sangat asing bagi Alif, di Kota Metropolitan yang ramai dan sibuknya manusia dengan tujuan masing-masing.
Hari pertama ujian, Alif berangkat sendiri tanpa diantar oleh Mas Rahman. Orang-orang berebut naik angkot, Alif pun tidak ketinggalan ikut di dalamnya. Di dalam angkot, Alif membuka buku SKALU berwarna merah dan membaca Bahasa Indonesia.