Mohon tunggu...
Toto Mulyoto
Toto Mulyoto Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Literasi Kota Bekasi

Tinggal di Bekasi Timur, Pelajar masbuk, dalam upaya meninggalkan dunia hitam penghitung dan penikmat riba, Relawan Literasi Kota Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pelajar Masbuk

16 Maret 2023   11:11 Diperbarui: 16 Maret 2023   13:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eh eh eh..., rupanya tampang saya sudah cukup meyakinkan untuk dipanggil Ustadz! (Eh he he... Semoga saja ilmu dan adabnya bisa sesuai.)

Tapi,.... Saya masih penasaran karena Guru tidak juga menampakkan tanda-tanda mengenali saya. Makanya saya tanya beliau lagi sambil mencoba menegaskan kedekatan hubungan kami. "Komandan sudah makan, belum?" tanya saya. "Oh, sudah, Ustadz. Silakan." jawabnya pendek. Gemesh!! Koq tidak juga nyambung, panggilan akrab itu, ya? Apakah bukan cuma saya saja yang memanggil beliau "Komandan"?

Kemudian saya ambil langkah khas saya. Apalagi kalau bukan,... bercanda! Ini, kan sudah jadi trade mark saya. (Agak mengherankan juga sebetulnya, soal trade mark ini. Orang yang belum kenal saya menganggap saya ini orangnya serius. Orang yang sudah kenal dekat dengan saya menganggap saya ini tukang bercanda, tidak bisa serius. Ipar saya saja setiap kali harus mengkonfirmasi berita dari saya kepada anak/istri saya. Khawatir saya sedang bercanda!)

Pokoknya, saya mesti menunjukkan pada Guru bahwa ini saya, yang hadir di hadapan beliau. Maka saya rangkul beliau sambil berbisik. "Ndan, ini cuma disuruh makan aja, kan?" (Saya yakin dalam hatinya kaget dan bertanya-tanya: "Siapa, sih elu?!") Tapi yang keluar darinya hanya konfirmasi, "Iya, Ustadz. Makan aja. Silakan"

Lalu saya katakan lagi, "Yakin ya, Ndan. Cuma makan. Habis itu gak disuruh cuci piring, kan?" saya lepaskan rangkulan saya membiarkan Guru tertawa ngakak. Mudah-mudahan clue tersebut cukup membuat beliau mengenali saya.

Setelah menikmati makanan, saya bersiap pulang (SMP, kan! - Sudah Makan, Pulang -). Kepada istri saya sampaikan bahwa ada satu keinginan saya yang belum kesampaian. Pengen wefie sama Guru. Tidak ada foto bersama pengantin atau orangtuanya yang pejabat tidaklah masalah. Yang penting ada foto dengan Guru.

Segera saja saya temui beliau di depan panggung pelaminan. Saya minta wefie. Tadinya saya pikir beliau akan menolak, tapi ternyata beliau mengabulkan. Mungkin beliau sudah mulai bisa menerka, siapa saya... eh he he...

Sekali Guru, tetaplah Guru... 

Saya minta wefie dengan posisi kami menghadap ke arah panggung. Beliau memutar posisi kami. "Lebih baik pelaminan jadi latar belakang" begitu katanya. Alhamdulillah... dapat satu lagi pelajaran. 

Yang dimuat di sini adalah hasil jepretan beliau dengan hp saya. Setelah selesai sekali jepret, saya langsung close dan send ke WA. Padahal beliau sempat meminta saya menunda. "Lah, mau diapain lagi, Ndan?" tanya saya. "Dilurusin dulu, dong" katanya. "Ah, dasar Guru," kata saya membatin, "Pelajaran kayak gak ada habisnya..." 

Swafoto dengan Komandan, eh, Guru. dokpri
Swafoto dengan Komandan, eh, Guru. dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun