Mohon tunggu...
dabPigol
dabPigol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nama Panggilan

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Japak | Keselong

10 Februari 2019   19:28 Diperbarui: 11 Februari 2019   06:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titir, swarane kentongan nandhakna tekane banyu gedhe banget, rame ditabuh wong-wong pereng kali. Pirang-pirang dina, udane mandan banter. Tapi mendhunge peteng ndhedhet nang Lor kana. Nang aring gunung, sebute wong kisik.

(Titir adalah suara kentongan yang menandakan datangnya air yang sangat besar bertalu-talu dibunyikan oleh para penduduk di tepian sungai. Beberapa hari ini curah hujan cukup tinggi. Tapi mendung menggantung awan hitam di sisi Utara nun jauh di sana. Di wilayah perbukitan, orang pantai menyebutnya begitu).

Nang sejerone karangan cedhek kuburan tua. Ana wong wadon ayu bingung golet dalan. Nek ditakoni, semaure mbingungaken. Nganggo motor matic weton anyar. Jerene arep meng pasar tuku jajan nggo slametan patang puluh dina jenate simbok.

(Di tanah lapang dekat kuburan tua. Ada perempuan cantik kebingungan mencari jalan keluar. Saat ditanya, jawaban senantiasa membingungkan. Ia mengendarai motor matic keluaran terbaru. Katanya mau ke pasar beli makanan kecil untuk selamatan 40 hari wafatnya sang ibu).

Sesepuh dusun kono diaturi rawuh nggo nggenahna sapa jan-jane wong wadon kuwe. Apa karepe lan arep ngapa? 

Kadhang, nek ditakoni asale , dheweke  njawab wong kisik. Ora let suwe owah maning ngaku wong gunung. 

nDelengna kahanan kuwe, Pak Kadus paring dhawuh. Supaya tuku endhog pitik ndesa cacahe pitu. Sarmin paham karepe Pak Kadus, mula kuwe dheweke nggeprat bali ngumah. Tilik kandhang pitike, nggoleti endhog. Bareng wis cukup, dheweke mlaku rikat banget. Tekan pekarangan mau, Pak Kadus keton lagi dikancani mas Hansip lan Polisi. Sarmin nyesel bae, ora urus kambi wong liyane Pak Kadus.

(Sesepuh dusun di wilayah itu didatangkan untuk menelisik siapa gerangan perempuan itu. Apa maunya. 

Kadangkala, saat ditanyakan asal muasalnya, perempuan itu mengaku dari daerah sekitar pantai. Tak berselang lama, ia akan mengaku sebagai orang gunung. 

Melihat gelagat itu, Pak Kadus memberi perintah agar segera menyediakan 7 butir telur ayam kampung. Sarmin cukup paham dengan maksud sesepuh lingkungan. Ia segera lari menuju rumahnya. Mencari telur di kandang ayamnya. Setelah dirasa cukup, ia berjalan sangat cepat. Sesampai di pekarangan itu, Sarmin melihat Pak Kadus sedang ditemani Hansip dan Polisi. Sarmin menyelinap, mengabaikan orang lain kecuali Pak Kadus). 

Wong wadon mau dijagongna nang punthukan cilik. Dijaga Hansip kambi Polisi. Pak Kadus ndelehna endhog kes Sarmin, gawe bunderan ngubengi wong wadon kuwe. Kasepuhan kayane lagi umak umik ngrapal apa mbuh enyong ora dhenger. Ora let suwe, salah sijine endhog mau ditemplekna nang bathuke wong wadon kuwe. 

" Wonten tandang punapa pak? Kula kok dipun rubung tiyang kathah makaten..? , wong wadon mau takon meng Pak Kadus.

" Panjenengan keselong mbak", jawabane sesepuh lingkungan kono.

"Maksudipun...?". Pak Kadus cerita malur-malur. 

Ora let suwe, teka rombongan wong nganggo sedan apik. Wong papat mudhun meh barengan. Lanang loro wadon loro. Sing lanang dhuwur kumisan kaya Pak Raden, nyedheki pak polisi. Embuh apa sing diomongna. 

Pak Kadus ngejak wong wadon mau kambi keluargane meng salah sijine umah warga kono. Sesepuh lingkungan kuwe cerita nek pekarangan mau sering nyelongna wong. Jerene, lemah mau ana sing nunggu. Wujude ula Sawa ning ana mahkotane. Jenenge Ki Braja Sawerabumi. Pancen seneng nyelongna wong wadon.

(Perempuan tadi didudukkan pada satu gundukan tanah. Dijaga Hansip dan Polisi. Pak Kadus meletakkan telur pemberian Sarmin mengitari tubuh perempuan itu. Kasepuhan nampak tengah berkomat-kamit, merapalkan sesuatu yang tak kutahu. Sesaat kemudian sebutir telur ditempelkan di jidat perempuan itu.

" Sedang diapakan saya pak, banyak sekali orang berkumpul memperhatikan ke arah saya?", perempuan itu bertanya kepada pak Kadus.

"Anda keselong mbak", jawab tokoh spiritual lingkungan itu.

" Maksudnya apa?", 

Pak Kadus lalu bercerita panjang lebar. (Keselong itu seperti disesatkan jalan pikirannya. Masih dapat berkomunikasi, menjawab pertanyaan tapi membingungkan. Secara fisik tidak nampak berbeda dari orang biasa. Gejalanya seperti kebingungan mencari jalan atau duduk terdiam di tempat yang tidak semestinya. Seperti orang bersembunyi di antara semak-semak atau rumpun bambu. 

Perempuan adalah korban terbanyak kejadian itu. Jika telah siuman, korban merasakan seluruh tubuhnya lemas. Beda dari orang yang kerasukan pasti hilang kesadaran).

Tak berselang lama setelah perempuan itu sadar diri, datang serombongan orang naik sedan mewah. Empat penumpangnya turun dalam waktu hampir bersamaan. Ada dua lelaki dan dua perempuan. Lelaki bertubuh tinggi besar dan berkumis tebal seperti tokoh pak Raden dalam cerita boneka si Unyil mendekati polisi. Entah apa yang sedang dibicarakan. 

Pak Kadus lalu membawa perempuan dan keluarganya ke satu rumah warga terdekat. Sesepuh lingkungan itu bercerita tentang tanah lapang/ pekarangan di dekat kuburan tua itu sering menjadi tempat orang-orang yang tersesat jalan (keselong). 

Ada cerita yang mirip legenda bawa tanah itu ada penunggunya. Yaitu seekor ular piton besar yang di atas kepalanya nampak seperti bermahkota. Ular berjuluk Ki Braja Sawerabumi memang lebih sering menyesatkan jalan perempuan. 

(Konon, Ki Braja adalah prajurit Mataram yang terluka dalam peperangan di Batavia. Pada perjalanan pulang, sampai di tanah pekarangan itu, ia jatuh pingsan. 

Seekor ular piton betina yang sedang kelaparan mau memangsa prajurit itu. Setelah ditelan, ternyata di dalam perut ular Ki Braja siuman dan berusaha keluar dari perut binatang melata itu dengan ajian yang justru membuat tubuhnya menyangkut di mulut ular.

Entah bagaimana ceritanya, Ki Braja tak dapat melepaskan diri dan tiba-tiba dua tubuh yang berbeda asal menyatu. Jadilah ular piton bermahkota yang suka makan telur ayam kampung yang banyak berkeliaran di tanah itu).

#orangapakorakepenak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun