Dari filosofi itu muncul doktrinÂ
" taklukkan dirimu sebelum menaklukkan orang lain".Â
Perwujudan doktrin ini nampak sangat jelas bahwa setiap gerakan beladiri Shorinji Kempo didahului dengan gerakan mengelak atau menghindar. Jika perlu dilanjutkan dengan serangan-serangan yang bersifat melumpuhkan. Dengan demikian, serangan yang bersifat mematikan harus dihindari kecuali sangat terpaksa.Â
Keduanya lalu berangkat ke Jepang dan belajar langsung dari Kaiso, Mahaguru (Sihan) So Doshin. Bahkan, Sensei Indra Kartasasmita memperoleh sertifikat khusus dari pendiri Kempo tersebut. Sekembalinya ke tanah air, ketiganya mendirikan Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) pada 2 Pebruari 1966.Â
Banyak hal yang saya dapatkan dari belajar dan berlatih Kempo bagi kehidupan pribadi maupun orang banyak meskipun sempat vakum selama lebih dari tiga dasawarsa. Pertama dan utama, saya selalu ingat guru pertama yang mengenalkan dan membimbing dengan sabar, Senpai Budi Mulyani - 1 Dan (1982) putri mantan Rektor UGM, Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo.Â
Kedua, tempat latihan (Dojo) pertama adalah Hotel Tugu dan Gelanggang Mahasiswa UGM. Ketiga, para guru dan kakak seperguruan yang paling berkesan adalah Senpai Sigit Sulistyo (2 Dan), Senpai Triandi Mulkan dan Senpai Probo. Yang sangat spesial tentu Sensei Sugiarto Giyek ( 5 Dan) yang mengenalkan saya dengan Kempo dan Perkemi.Â
Karena beliau bertiga itulah saya lebih memahami makna hidup dan kehidupan. Khususnya tentang kecintaan kepada tanah air, persaudaraan dan kemanusiaan.
Lebih tidak pantas lagi jika ia atau mereka menyatakan sebagai pemimpin tapi hanya mengedepankan nafsu ingin berkuasa atau menonjolkan dirinya. Bagaimana mungkin orang itu akan memberi contoh yang baik jika cara dan tindakan yang dipilih tidak baik. Abaikan adab dan hanya menuruti hawa nafsu ingin berkuasa atau sekehendak hati?