Wilayah yang acapkali disebut Wage Kulon ini mulai menggeliat. Sementara itu, Wage Lor yang berbatasan dengan Pepe Legi, dinamikanya lebih terasa dengan hadirnya kompleks perumahan. Kondisi yang agak berbeda ada di Pedukuhan Singopadu atau Wage Kidul. Pergerakan yang cukup dinamis ada pada Wage Wetan mengikuti irama aktivitas Pasar Wage yang cenderung paling cepat.Â
Secara sosiologis, masyarakat Desa Wage masih dapat dikategorikan sebagai desa berkembang (rural developed village). Berada diantara desa swadaya dan swasembada. Sifat khas masyarakat desa yang masih terpelihara adalah tradisi bersih desa yang biasanya dipusatkan di sekitar pemakaman Ratu Ayu. Tradisi gotong royong juga masih cukup kental pada peristiwa kematian, mulai dari nylawat (takziah), penguburan jenazah sampai prosesi kirim doa yang lebih popular dengan sebutan tahlilan.Â
Pada saat takziah, para perempuan menyumbang bahan makanan pokok terutama beras, gula pasir dan minyak goreng. Sumbangan itu dibawa dengan wadah seperti baskom atau panci. Mereka datang berkelompok, ada yang berlima atau lebih. Tapi ada juga yang datang sendiri atau dalam kelompok kecil kurang dari lima orang.Â
Sementara itu, para lelaki menyiapkan perlengkapan dan prosesi pemakaman sampai acara kirim doa yang berlangsung selama tujuh hari penuh. Bahkan ada hal yang menarik yaitu jika meninggalnya sebelum jam 10 malam, jenazah harus dimakamkan malam itu juga. Â Meskipun kondisi hujan cukup deras.Â
(Bersambung)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H