Program penanggulangan kebakaran yang ideal adalah dimulai dengan idealisasi tata ruang dan konsistensi dalam mengontrol ijin menggunakan bangunan. Langkah yang tidak kalah penting adalah pemetaan kegiatan publik yang rawan kebakaran.Â
Untuk itu perlu dilakukan penilaian-penilaian yang menyangkut beberapa konstrain penyebab kebakaran. Manajemen penanggulangan dan penanganan musibah kebakaran semata-mata bukanlah tugas dan tanggung jawab dari dinas kebakaran. Apalagi keterbatasan teknologi dan SDM hingga saat ini masih mewarnai dinas kebakaran kota.
Kebakaran pada umumnya disebabkan oleh faktor kelalaian manusia seperti adanya hubungan arus pendek listrik. Kompleksitas bahaya kebakaran membutuhkan beberapa inovasi dan konsistensi manajemen perkotaan.Â
Budaya kota selama ini menunjukan bahwa kesadaran dan kedisiplinan yang berhubungan dengan alat-alat penanggulangan kebakaran hanya dilakukan pada saat bangunan masih baru. Setelah sekian lama, menjadi terabaikan. Kondisinya bertambah buruk ketika dinas perkotaan tidak memiliki data akurat yang menyangkut data base kondisi fisik dan building historical yang bisa diakses secara cepat bila si jago merah sedang beraksi.
Untuk mewujudkan manajemen penanggulangan amuk si jago merah yang efektif dibutuhkan platform sistem informasi perkotaan yang baik. Infrastruktur digital itu bisa menyajikan data-data fisik semua bangunan kota. Sehingga jika terjadi musibah kebakaran, petugas bisa bertindak secara tepat dan cepat karena mengetahui struktur di dalamnya. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H