Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bunga Api Menari di Los Angeles, Urgensi Gerakan Bersama untuk Atasi Karhutla

12 Januari 2025   10:44 Diperbarui: 12 Januari 2025   11:17 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Citra satelit menunjukkan kebakaran Eaton di Altadena, California. (Maxar Technologies via Kompas.com) 

Bunga api menari-nari ditiup angin kencang di wilayah Los Angeles. Tarian bunga api berasal dari karhutla lalu merembet ke permukiman dan infrastruktur kota. Bumi hangus di LA berpotensi terjadi di manapun di muka bumi. Termasuk di Indonesia yang sebenarnya terdapat banyak sekali titik rawan kebakaran hutan dan lahan. Apalagi mentalitas warga yang ceroboh dan mengabaikan keselamatan lingkungan semakin rawan terjadi bencana kebakaran yang hebat.

Kebakaran hebat di LA akibat kebakaran hutan yang meluas hingga ke kawasan permukiman. Menyebabkan 10 korban jiwa dan memaksa sekitar 70.000 penduduk untuk mengungsi. Keadaan semakin memburuk karena adanya angin kencang Santa Ana dan vegetasi yang sangat kering. Akibatnya tarian api semakin besar dan merambat sangat cepat. Penjalaran api yang sangat cepat tidak bisa diatasi dengan teknologi pemadam kebakaran yang canggih sekalipun.

Pelajaran penting dari kebakaran LA terkait dengan penyebaran api dengan sangat cepat perlu dipikirkan oleh bangsa Indonesia yang merupakan negeri sarat bencana. Apalagi di Bumi Nusantara, Ibu Pertiwi sering kesakitan akibat hutan, gunung, ladang dan rawa banyak yang terbakar.

Kebakaran tidak hanya di luar Pulau Jawa, bahkan kota-kota di Pulau Jawa yang letaknya berada di lereng gunung melihat perbukitan gunung yang membara dilalap api. 

Ironisnya belum timbul gerakan dan kesadaran bersama untuk mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara totalitas. Masyarakat masih banyak yang acuh tak acuh menghadapi bumi Pertiwi yang sedang terpanggang bara api. Padahal jika terjadi angin kencang, bunga api bisa menari nari di angkasa lalu terbawa angin hingga mencapai jarak yang jauh.

Kepedulian publik untuk mengatasi karhutla perlu segera ditumbuhkan. Budaya peduli dan tanggap untuk mencegah kebakaran perlu dibangkitkan. Perlu program padat karya untuk mengatasi karhutla. Program padat karya juga untuk mengatasi penduduk pedesaan yang sedang dilanda paceklik akibat kekeringan. Masalah kekeringan sudah pasti menimbulkan rawan daya beli di pedesaan karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Ada masalah laten yang selama ini belum terpecahkan di negeri ini. Yakni pemerintah daerah tidak banyak yang menyadari kalau kotak Pandora telah terbuka. Dalam ekosistem ada istilah wetland (lahan basah) dan peatland (lahan gambut) keduanya lahan basah, untuk dijadikan perkebunan, maka debit air dikeluarkan dengan membangun kanal kanal pematus air.

Celakanya untuk land clearing dilakukan pembakaran. Maka lahan gambut yang rongga-rongganya telah kehilangan air mudah terbakar. Kalau sudah begini, hanya hujan deras dan terus menerus yang bisa memadamkan kebakaran. 

Mengatasi kebakaran di saat kemarau hampir-hampir tidak ada gunanya. Justru di musim hujan harus dilakukan perencanaan water management agar lahan basah tetap basah di saat kemarau. Mengeringkan lahan basah sama saja membuka kotak pandora mengundang bencana besar bagi seluruh makhluk yang hidup di sana dan daerah sekitarnya.

Indonesia memiliki lahan gambut sekitar 20,6 juta hektar yang merupakan setengah dari luas lahan gambut di daerah tropika. Sayangnya belum ada kesungguhan dan program yang tepat untuk mengelola dan melestarikan gambut secara tepat dan bijaksana. Program restorasi dan rehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi selama ini masih ala kadarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun