Perjuangan Patriot Bangsa Subianto Djojohadikusumo dan Eksistensi Perguruan Tinggi dan Wahana Iptek di Serpong
Bulan Januari bagi keluarga besar Presiden Prabowo Subianto memiliki arti dan nilai sejarah yang amat istimewa. Tinta emas sejarah keluarga itu ditandai dengan peristiwa pertempuran Lengkong di Serpong pada tanggal 25 Januari 1946. Dalam pertempuran itu Subianto Djojohadikusumo gugur bersama dua perwira Polisi Tentara Resimen IV Tangerang dan 33 taruna lainnya dari Akademi Militer (AM) Tangerang. Salah satunya adalah adik kandung Subianto, yakni Sujono Djojohadikusumo.Â
Ternyata sejarah menyatakan bahwa Subianto Djojohadikusumo memiliki peran yang luar biasa selain sebagai prajurit pejuang, dia juga sebagai aktivis mahasiswa dan menjadi ketua umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi pertama milik bangsa Indonesia yang didirikan dalam suasana revolusi Indonesia yang sedang bergelora.
Perguruan tinggi tersebut didirikan pada bulan Juli 1945 bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pengurusnya terdiri dari Mohammad Hatta (ketua), Mohammad Natsir (sekretaris), dan Rektor yang pertamanya adalah Profesor Abdul Kahar Muzakir.
Sebagai aktivis mahasiswa yang sangat militan dan berpikiran maju, Subianto terpilih menjadi ketua umum organisasi mahasiswa. Kampus STI yang terletak di Jalan Van Heutz Boulevard (kini Jalan Teuku Umar) No. 1, Jakarta juga menjadi pusat perjuangan rakyat untuk mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Selain sebagai sosok yang militan dan sangat berani melawan penjajah, Subianto juga merupakan pemikir pergerakan rakyat yang sangat hebat dalam membuat pamflet dan poster yang bisa menggerakkan perlawanan rakyat terhadap penjajah.
Subianto sebagai sosok intelektual publik sangat cepat mengikuti perkembangan dunia pada saat itu sehingga menjadi narasumber bagi berbagai organisasi perjuangan. Subianto yang sering berhubungan dengan Bung Hatta memiliki sikap intelektual yang haus akan kemajuan ilmu pengetahuan untuk bangsanya.
Subianto gugur dalam pertempuran lengkong, sedangkan kawan-kawannya sesama aktivis antara lain Eri Sudewo, Sjarif Thayeb, Chandra Alif, Darwis, Karimuddin, Djohar Noor, Aboe Bakar Loebis, Wahidin, Nasrun Iskandar, Subadio Sastrosatomo, Wikana, Armansjah, Bonar SK, dan Chairul Saleh melanjutkan perjuangannya.
Serpong Inspirasi Perjuangan Bangsa Meraih Kemajuan