Tantangan TNI dan Implementasi Misi Panglima
Peringatan HUT Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-79 pada 5 Oktober 2024 dimeriahkan dengan berbagai kegiatan yang berpusat di Silang Monas Jakarta. Tema HUT TNI ke-79 adalah "TNI Modern Bersama Rakyat Siap Mengawal Suksesi Kepemimpinan Nasional Untuk Indonesia Maju".
HUT TNI ke-79 bersamaan dengan kondisi dunia yang terancam meletusnya perang dunia ke-3. Hal itu karena berbagai konflik dan perang telah terjadi di beberapa belahan dunia. Seperti perang antara Rusia dan Ukraina, dan yang sangat eskalatif adalah perang antara Israel yang merupakah penjajah bangsa Arab melawan Iran, Lebanon, Yaman, dan berpotensi meluas ke berbagai kawasan timur tengah dan kawasan lainnya.
Dalam perang tersebut ada hal yang sangat fenomenal dan mengagumkan yakni tentang kehebatan rudal Iran. Ternyata militer Iran telah mampu bertransformasi menjadi kekuatan yang cukup disegani dunia.Â
Militer Israel mengungkap ada 180 rudal yang ditembakkan Iran pada Selasa (2/10/2024) malam. Sumber lain menyebutkan yakni The Jerusalem Post dan Pentagon menyatakan jumlahnya mencapai 400 rudal.
Pihak militer Iran dalam hal ini Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menggunakan rudal Fattah untuk menyerang Israel. Rudal tersebut digunakan untuk menghancurkan sistem pertahanan udara Israel Hetz.Â
Rudal Fattah versi terbaru yang bernama Fattah-2 memiliki jangkauan 1.400 km. Memiliki kemampuan hipersonik, mampu melesat dengan kecepatan Mach 13 hingga 15 atau maksimal kira-kira 15.000 km per jam.
Situasi dunia sedang tidak baik-baik saja, bagaimana dengan peran TNI untuk menyikapi hal itu?Â
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 ayat (2) menetapkan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).Â
Kebijakan pertahanan negara tidak dapat ditinjau hanya dari perspektif pertahanan semata, namun dalam pengelolaannya merupakan satu kesatuan konseptual pertahanan dan keamanan yang bulat dan utuh.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengetengahkan visinya menjadikan TNI yang Prima yaitu TNI yang profesional responsif integratif modern dan adaptif dalam rangka membangun industri TNI yang memiliki daya tahan dan daya tempur guna menghadapi serta mengatasi segala bentuk ancaman gangguan dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa dan negara.
Ada lima misi Panglima TNI, yaitu:
Pertama, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara.Â
Kedua, meningkatkan kemampuan yang responsif dalam menghadapi perkembangan lingkungan strategis.Â
Ketiga, memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian kementerian dan lembaga dan komponen bangsa lainnya.Â
Keempat, mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Â
Kelima, mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntutan tugas dan spektrum ancaman.Era revolusi 4.0 dalam dunia militer ditandai dengan kendaraan tak berawak (unmanned system), Artificial Intelligence (A.I), robotik, dan Big Data.Â
Semua ini mempunyai beberapa dampak sosiologi dalam dunia kemiliteran, yaitu sosiologi manusia-mesin dan munculnya peranan wanita yang lebih besar dalam ranah militer.
Pada era Industri 4.0 visi dan misi TNI mendapat tantangan yang cukup berat karena ekosistem militer ditandai dengan penggunaan mesin-mesin digital membutuhkan kemampuan psikomotorik yang lebih teliti dan detail dalam menjalankannya, dan wanita ternyata menurut beberapa penelitian lebih baik dalam hal ini dibanding pria. Selain itu kemampuan menjalankan komputer, matematika, arsitektur, dan teknik juga semakin diperlukan oleh para prajurit.
Tantangan lain adalah adanya perubahan interaksi dalam dunia militer, yang dulunya sangat berpusat pada interaksi dari sentuhan kulit (face to face) menuju kepada sentuhan layar (screen to screen). Relasi yang terbangun menjadi sebuah relasi virtual yang dijalankan secara otomatis dan robotik. Interaksi bisa terjadi tanpa adanya kontak sosial dan komunikasi.
Trend kedepan mendorong kekuatan pertahanan Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan kemampuan penguasaan senjata saja, tapi lebih lanjut berupa penguasaan teknologi dan keahlian khusus lainnya. Apalagi dalam menghadapi perang asimetrik (asymetric warfare) sangat dibutuhkan keahlian penguasaan teknologi alutsista canggih yang terpadu dengan revolusi Industri 4.0.
Pendidikan dan pelatihan personel militer pada masa mendatang dihadapkan pada dua hal yang sangat penting yaitu, Human Intelligence to Human Intelligence, dan Human Intelligence to Artificial Intelligence.
Hal ini karena masa sebelumnya society 1.0 sampai dengan 4.0 adalah 100 persen fisik, sedangkan society 5.0 adalah 50 persen fisik yaitu senjata konvensional dan senjata non konvensional, dan 50 persen virtual yaitu senjata siber.
Perkembangan teknologi tidak hanya memberikan kemudahan bagi kehidupan sosial, tetapi juga memungkinkan munculnya bermacam kerawanan dari meluasnya pemanfaatan sharing data dan informasi, serta terhubungnya berbagai sistem yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dibutuhkan bermacam inovasi untuk mengatasi ancaman asimetris dan sekaligus mendukung tugas-tugas TNI khususnya Puspen TNI dan Satkomlek.
Puspen TNI perlu membuat konten media yang relevan dengan tantangan zaman. Konten TNI tersebut sangat efektif untuk membina komunikasi dan kemanunggalan TNI dengan Rakyat. Sesuai perkembangan zaman.
Perlu platform digital yang mampu mendukung tugas Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia, disingkat (Puspen TNI). Yakni Badan Pelaksana Pusat di tingkat markas besar Tentara Nasional Indonesia yang berkedudukan langsung dibawah Panglima TNI.
Puspen TNI bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penerangan terkait TNI secara terpadu dan berlanjut, meliputi pengolahan informasi menjadi bahan penerangan kepada masyarakat umum dan keluarga besar TNI.Â
Puspen merupakan penjuru terdepan dalam mengkomunikasikan kembali informasi ke tengah-tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Keniscayaan, Industri 4.0 bisa meningkatkan tingkat kesiapan operasional TNI.Â
Untuk menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. Salah satu caranya adalah lewat pendidikan dan kursus reguler bagi kesatuan TNI untuk mengikuti dan menguasai perkembangan bidang teknologi yang menjadi pilar Industri 4.0.
Menurut konsultan dunia terkemuka Deloitte, bahwa Industri 4.0 mampu meningkatkan tingkat kesiapan operasional militer. Kemajuan dalam teknologi Industri 4.0 sangat membantu organisasi pertahanan negara meningkatkan kesiapan dan keefektifan mereka.
Bermacam alutsista dan infrastruktur militer penunjang kini telah menerapkan dan didukung dengan teknologi Internet of Things (IoT) dan teknologi Big Data. Teknologi pilar Industri 4.0 itu sangat membantu perencanaan tugas militer, operasi militer maupun untuk efektifitas anggaran militer suatu negara. Dalam laporannya, Deloitte menyatakan bahwa pasukan pertahanan AS mampu meningkatkan kesiapan mereka berkat teknologi Industri 4.0.
Sekarang setiap personel pasukan TNI terhubung dengan internet satu sama yang lain. Keterbukaan informasi semakin lebar sehingga harus mengimbangi dengan perkembangan revolusi tersebut. Alutsista TNI juga harus secepatnya dikembangkan agar berbasis pada penggunaan teknologi big data dan artificial intelligence.
Sudah saatnya seluruh elemen hankam di negeri ini ditransformasikan untuk menghadapi ancaman atau perang asimetrik (asymmetric warfare). Ancaman negara pada abad kini tidak hanya didominasi oleh kekuatan militer suatu negara akan tetapi juga kekuatan non state actors yang tidak hanya menyerang instansi militer melainkan juga mengancam seluruh aspek kehidupan masyarakat. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H