Meskipun kabin pesawat terbang di desain sesuai dengan regulasi antara lain termaktub dalam Federal Aviation Regulation (FAR) 25 dan 36. Namun, kondisi udara di kabin masih rentan terhadap kesehatan penumpang.Â
Kabin pesawat terbang memang telah dilengkapi dengan Enviroment and Protective System (EPS) seperti komponen CPCS ( Cabin Presure Control Sistem ), Air Conditioning, Oksigen System dan lain-lain yang merupakan alat pengontrol tekanan dan kualitas udara.Â
Sehingga setiap menit udara segar bisa disedot dari luar kabin melalui filter.Â
Udara yang dihasilkan di kabin adalah kombinasi udara dari luar dengan recycle udara kabin pesawat yang selanjutnya disaring dengan filter anti mikroba (microbe trapping filters) yang akhirnya menghasilkan udara sehat.
Satu hal yang sulit diatasi adalah udara yang dihasilkan pada kabin pesawat terbang adalah udara yang kering karena kandungan air yang dihasilkan hanya maksimum 15 persen saja oleh karena itu beberapa airline berusaha menaikkan tingkat humidity dengan alat tambahan yang dikenal sebagai humidifying system.Â
Sayangnya harga alat itu cukup mahal sekitar 200 ribu dollar AS, berumur pendek, dan hanya mampu menaikkan humidity sampai maksimum 25 persen saja.
Jika maskapai penerbangan telah melakukan proses disinfeksi dan perawatan komponen EPS sebaik mungkin, namun harus tetap waspada terhadap penumpang yang menderita demam dan gejala respirasi.Â
Bila awak pesawat mengetahui ada penumpang dengan gejala Cacar Monyet atau penyakit lainnya dari daerah terjangkit, harus mengusahakan supaya penumpang tersebut mendapat tempat duduk sebisa mungkin terpisah dari penumpang lain dengan jarak 3-6 feet. Kemudian penumpang tersebut harus memakai masker untuk mengurangi jumlah droplet ke udara.Â
Selain itu awak pesawat harus memakai sarung tangan disposible bila melakukan kontak langsung. Sebelum mendarat kapten pesawat harus melaporkan terlebih dahulu ke karantina perihal penumpang sakit.
Totalitas usaha dari maskapai penerbangan dan otoritas perhubungan terhadap perawatan kabin pesawat terbang akan berdampak positif terhadap sektor bisnis transportasi dan industri pariwisata di negeri ini. Usaha tersebut sebaiknya diikuti pula dengan peran travel medicine atau kedokteran wisata.Â
Peran optimal travel medicine bisa terwujud jika mampu menangani berbagai aspek seperti epidemiologi, kedokteran preventif dan sosial serta aspek kuratif secara lengkap. Selain itu juga harus ditunjang dengan pengadaan infrastruktur klinik yang modern di bandara. (TS)