Pertamina impor avtur karena jumlah kilang produksi avtur di dalam negeri terbatas. Dari 6 kilang minyak yang dimiliki Indonesia hanya 2 kilang yang memproduksi avtur dalam jumlah yang cukup besar.
Pertamina sebenarnya telah menetapkan harga yang cukup kompetitif dibandingkan dengan Negara lain. Sebagai perbandingan, harga per barrel avtur di Bandara Internasional Soekarno Hatta lebih murah ketimbang di Bandara King Abdul Aziz. Padahal Arab Saudi terkenal sebagai negara penghasil minyak terbesar dunia, bukan nett importir minyak.
Selama ini Pertamina sangat mensupport maskapai dengan mencukupi kebutuhan avtur seluruh bandara. Jarak bandara yang tersebar berjauhan menyebabkan kompleksitas dalam hal distribusi dan menjaga mutu.
Selain itu Pertamina telah memberikan diskon yang cukup besar kepada PT Garuda karena sesama BUMN harus saling bersinergi satu sama lain. Bahkan Garuda sering berhutang pembayaran avtur kepada Pertamina dengan jumlah yang pernah mencapai hingga hingga Rp 3.2 triliun.
Terkait hutang avtur oleh pihak maskapai, Pertamina memiliki sederet catatan buruk karena beberapa maskapai pernah tidak mampu bayar utang dengan tempo yang telah ditentukan. Bahkan ada maskapai yang boleh dibilang telah mengemplang utang avtur karena tidak dibayar hingga maskapai tersebut tidak beroperasi lagi.
Sejarah mencatat kasus penghentian pasokan avtur untuk PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) oleh Pertamina. Utang yang ditimbulkan pihak maskapai itu terkait pembelian bahan bakar avturnya telah merusak kelangsungan bisnis Pertamina. Sebagai korporasi, Pertamina telah menanggung beban operasional yang cukup besar akibat macetnya utang maskapai. Selama ini Pertamina juga sering kesulitan menagih utang pembelian avtur oleh maskapai penerbangan. Fakta sejarah menunjukkan bahwa maskapai BUMN telah mengemplang utang avtur hingga mencapai triliunan rupiah.
Bahkan maskapai penerbangan BUMN seperti PT Garuda Indonesia dan MNA selama ini sering bermasalah dalam membayar utang pembelian bahan bakar pesawatnya. PT MNA hingga berhenti operasi masih menunggak utang kepada pihak pertamina hingga triliunan rupiah. Kondisi maskapai swasta juga tersendat-sendat dalam membayar avtur.
Simalakama harga avtur bisa mencekik Pertamina, dilain pihak juga bisa menimbulkan kelesuan sektor yang lain. Seperti pariwisata, perdagangan dan bisnis logistik udara. Bahkan bisnis logistik udara yang menjadi usaha bandara juga ikut terpukul. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H