Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Waspadai Aktivitas Sesar Cugenang, Perkuat Mitigasi Permukiman

18 Juni 2024   07:49 Diperbarui: 18 Juni 2024   07:56 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waspadai Aktivitas Sesar Cugenang, Perkuat Mitigasi Permukiman

Gempa Dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar Cugenang kembali mengguncang kawasan kabupaten Cianjur. Gempa bumi dangkal berkekuatan Magnitudo 3,4 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (17/6/2024) pukul 18.21 WIB. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada pada koordinat 6,85 Lintang Selatan dan 107,07 Bujur Timur atau 8 kilometer Barat Laut Cianjur. Kedalamannya sekitar 10 kilometer.

Masih hangat dalam ingatan publik gempa bumi dengan besaran magnitudo 5,6 terjadi di Kabupaten Cianjur tahun lalu yang menyebabkan 162 orang meninggal dunia, 326 mengalami luka-luka, 13.784 orang mengungsi, dan 2.345 rumah/bangunan publik mengalami kerusakan berat.

Aktivitas sesar Cugenang perlu diperhatikan terus menerus dan perlunya menyiapkan mitigasi permukiman penduduk dan bangunan publik. Masyarakat perlu disiapkan secara terus menerus dan sadar akan pentingnya bangunan yang akrab gempa. Mengingat banyaknya korban jiwa yang disebabkan oleh tertimpa bangunan. Perlu dievaluasi kondisi bangunan publik dan rumah-rumah penduduk. Pemerintah daerah diharapkan membangun permukiman dan bangunan publik dengan memperhatikan kaedah bangunan yang akrab atau tahan gempa.

Perlu mitigasi bencana yang berbasis pembenahan tipologi permukiman. Pembenahan tipologi permukiman dan bangunan publik yang rawan bencana gempa mengacu kepada buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia sebagai pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan.

Langkah-langkah mitigasi gempa bumi perlu segera dilakukan. Indeks risiko bencana perlu diturunkan dan kinerja pemerintah daerah terkait bencana harus ditingkatkan. Arah kebijakan pembangunan nasional bidang kebencanaan adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat dalam menghadapi bencana.

Dibutuhkan strategi internalisasi pengurangan risiko bencana gempa khususnya penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan.Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara peningkatan kapasitas atau komponen kapasitas. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat.

Risiko bencana gempa sangat tergantung tipologi permukiman penduduk. Sangat penting untuk identifikasi karakteristik keteraturan permukiman sehingga dapat dirancang mitigasi gempa dan tanah longsor yang paling sesuai dengan kondisi permukiman tersebut.

Analisis tipologi permukiman, selain penerapan teknologi bangunan yang akrab gempa juga perlu evaluasi terhadap lima aspek, yaitu: konsistensi hirarki jalan; kondisi drainase; keteraturan kavling; kemantapan sempadan jalan; dan kemantapan sempadan bangunan.

Gempa bumi semakin sering mengguncang wilayah Indonesia. Rentetan gempa menjadi peringatan serius terhadap negara kita yang terdapat banyak sesar aktif yang bisa memicu gempa. Apalagi sesar itu banyak melintasi permukiman padat dan kawasan industri. Dengan kondisi seperti ini hendaknya jangan lengah dengan mitigasi. Keniscayaan menerapkan teknologi bangunan yang akrab gempa.

Bangunan publik, sekolah, pusat perbelanjaan, pasar dan hanggar pabrik tempat para pekerja mesti dibuat dengan prinsip akrab gempa. Serta memiliki sistem mitigasi yang selalu diperbarui. Pabrik-pabrik mesti memiliki prosedur tanggap bencana dalam sistem mitigasi yang tersosialisasi dengan baik. Bangunan pabrik yang sarat dengan permesinan dan bahan-bahan yang mudah terbakar bahkan eksplosif sangat riskan jika terjadi bencana alam.

Tidak ada kata yang lebih penting daripada mitigasi. Sebagian besar aspek mitigasi terkait dengan kondisi bangunan. Diharapkan kondisi bangunan bisa akrab dengan gempa. Istilah akrab untuk menekankan sebetulnya tidak ada bangunan publik yang benar-benar tahan gempa. Akrab untuk menunjukkan pentingnya fleksibilitas bangunan jika terkena getaran gempa dengan berbagai skala tidak sekaligus ambruk.

Perkembangan teknik sipil khususnya konstruksi bangunan tahan gempa pada dekade terakhir ini mengalami analisa yang lebih rinci. Yaitu adanya perubahan paradigma dari menilai kekuatan dan daktilitas menjadi kinerja. Secara umum struktur bangunan dapat dikategorikan menjadi engineered buildings dan non engineered buildings. Kedua kategori tersebut hingga saat ini masih ada yang belum memasukkan aplikasi teknologi tahan gempa.

Engineered building adalah bangunan yang memerlukan tenaga ahli saat proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Sedangkan non engineered building adalah bangunan yang direncanakan dan dilaksanakan tanpa bantuan tenaga ahli. Bangunan-bangunan ini pada umumnya dibangun berdasarkan kebiasaan tradisional setempat dan pelaksanaannya mengikuti cara-cara masa lalu.

Non-engineered building dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu bangunan tradisional dan bangunan rumah tinggal sederhana atau bangunan komersil yang dibangun tanpa bantuan dari ahli bangunan. Agar memenuhi kriteria keseimbangan antara biaya dan resiko yang dapat diterima, engineered building maupun non-engineered building harus memenuhi beberapa kriteria perancangan sebagai berikut; pertama; struktur bangunan harus tetap utuh dan tidak boleh mengalami kerusakan yang berarti, pada saat terjadi gempa sedang.

Pada kondisi ini struktur diharapkan akan berespon di dalam kondisi elastis. Kedua, komponen non-struktural dari struktur bangunan diperkenankan mengalami kerusakan, tetapi komponen struktural harus tetap utuh pada saat terjadi gempa sedang.Ketiga, pada saat terjadi gempa kuat, komponen struktural dan non-struktural dari sistem struktur diperbolehkan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan secara keseluruhan tidak boleh runtuh.

Kerusakan yang terjadi harus dapat diperbaiki dengan cepat sehingga bangunan segera dapat berfungsi kembali. Jadi pada filosofi perencanaan bangunan tahan gempa, kemungkinan terjadinya resiko kerusakan pada suatu bangunan merupakan hal yang dapat diterima, tetapi keruntuhan total atau collapse dari struktur yang dapat mengakibatkan terjadinya korban dan kerugian material yang besar harus betul-betul dihindari. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun