Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Garuda dan Puntung Berapi

1 Juni 2024   23:54 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:54 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda dan Puntung Berapi

Lahir awal Juni
Garuda kini sibuk mencari kuntum Melati
Tuk hiasi sanggul Pertiwi

Garuda kaget setengah mati
Pertiwi ternyata minta puntung berapi
Tuk energi revolusi yang sedang mati suri
Revolusi belum selesai, kata Bung Karno yang lahir enam Juni

Pertiwi menangis pilu, taman sari demokrasi kini bubrah
Ulah Petruk raja kemaruk, semua penjuru kuasa dijarah
Anak muda diglembuk, oposisi dibikin mati langkah
Keranjingan tari jaran goyang, katanya korupsi itu berkah  

Kesadaran nasional hilang, budi utomo langka
Pertiwi menjerit menangis pilu
Memanggil Thomas Paine
Pelaku sejarah dengan julukan puntung berapi Amerika Serikat
Produsen terbesar postulat pikiran sehat

Wahai puntung berapi
Engkaulah belia ajaib, penulis pamflet terbesar
Agitator budiman, provokator putih
Inspirator utama jalannya revolusi negeri Paman Sam.

Jerit tangis Pertiwi ditelan ruang dan waktu
Ditengah isak tangis dan kepiluan Pertiwi, Garuda tawarkan kuku tajam tak bertepi
Pengganti puntung berapi
Belia ajaib, generasi Z anak kandung gerakan reformasi
Siap ganyang koruptor dengan bermacam agenda aksi

Pertiwi berseru penuh harap
Belia ajaib bersiap memikul kembali tugas sejarahnya
Berselempang spirit El Pueblo Unido Hamas Serra Versido,
Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan


Rancakekek, 1 Juni 2024

*)
tari jaran goyang = jenis tarian pemikat asmara
diglembuk = dibujuk rayu dengan kalimat bombastis
bubrah = rusak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun