Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pilkada dan Isu Seksi tentang Ketimpangan di Jawa Barat

29 Mei 2024   21:59 Diperbarui: 4 Juni 2024   12:13 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenoma alam yang unik dan pemandangan  yang eksotik di Pantai Santolo atau Cilauteureun Jabar Selatan ( dok ANTARA/ Raisan Al Farisi)

Dengan terbangunnya infrastruktur itu maka kapal-kapal pesiar, kapal penumpang dan kapal komoditas bisa berlabuh di Pelabuhan Cilauteureun.

Potensi ekonomi dan wisata maritim membentang di wilayah Jabar selatan hingga kini masih tertidur lelap. Untuk membangunkan dibutuhkan Gubernur yang memiliki visi kelautan dan pembangunan industri perkapalan. 

Gubernur baru sebaiknya menjadi titik tolak pengembangan usaha atau industri galangan kapal lokal. Khususnya yang ada di Jawa Barat. Apalagi ada kecenderungan relokasi industri dan pergeseran lokasi pembangunan galangan kapal baru.

Ada sekitar 200 perusahaan galangan kapal di Indonesia yang memproduksi kapal baru ataupun memperbaiki kapal. Ironisnya hingga kini masih sedikit industri galangan kapal di Jabar.

Sekedar catatan, dari sepuluh pelabuhan yang bisa digunakan sebagai prasarana galangan kapal di Jabar. 

Hanya satu yang ada di kawasan selatan. Kesepuluh pelabuhan itu adalah Pelabuhan Astanajapura, Pelabuhan Bondet, Pelabuhan Brondong Indramayu, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Gebang, Pelabuhan Indramayu, Pelabuhan Khusus Arjuna Terminal, Pelabuhan Khusus Dadap Juntinyuat Indramayu, Pelabuhan Khusus Pertamina Balongan dan Pelabuhan Pangandaran.

Hingga kini industri galangan kapal di Jabar yang dikenal luas baru satu, yakni PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) cabang Cirebon. Saatnya Jabar berusaha keras untuk menarik investor galangan kapal. 

Apalagi pemerintah telah memberi bermacam insentif yang diharapkan bisa mengatasi masalah laten terkait kondisi infrastruktur ASDP ( Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan). Insentif yang berupa dukungan fiskal dan nonfiskal difokuskan untuk mengatasi masalah ASDP.

Insentif untuk industri galangan kapal berupa dukungan dibidang fiskal. Berupa kemudahan prosedur impor dan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai. Implikasi dari insentif adalah pihak galangan kapal harus meningkatkan kapabilitas dan transparansi usaha. 

Dukungan fiskal lainnya adalah komponen dan permesinan yang selama ini masih dikenai tarif bea masuk antara 5-12 persen. Tarif bea masuk itu tidak dibebaskan, tetapi diberikan tarif khusus. Pemerintah menciptakan tarif khusus untuk perkapalan, yakni tarif mana yang dinihilkan dan tarif yang dikenakan. 

Tarif khusus ini akan disesuaikan dengan peta jalan galangan kapal. Kebutuhan untuk kapal yang merupakan infrastruktur ASDP dan sarana pariwisata sebaiknya tarifnya dinolkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun