Sistem logistik yang berupa gudang terintegrasi tersebut bertajuk "Rumah Kita" mulai beroperasi pada Maret 2017. Namun hingga kini eksistensinya belum optimal. Untuk tahap pertama ditetapkan lokasi Rumah Kita di 13 tempat yakni di Kepulauan Nias, Mentawai, Natuna, Sanggate, Dompu, Waingapu, Rote, Kalabahi, Tahuna, Namlea, Saumlaki, Manokwari dan Timika. Keberadaan Rumah Kita tidak sekedar gudang untuk menumpuk barang, tetapi memiliki fungsi logistik terintegrasi yang mampu mengonsolidasikan produk lokal agar bisa langsung di ekspor tanpa harus melalui Pulau Jawa.
Sistem Logistik Rumah Kita memadukan antara kinerja pelabuhan dan armada kapal dengan entitas pasar komoditas lokal yang andal. Aspek keandalan pasar komoditas juga menyangkut sistem konektivitas perdagangan, insourcing, dan ketersediaan SDM logistik dengan kompetensi yang tinggi. Sistem insourcing termasuk teknologi pengolahan dan pengemasan produk atau komoditas unggulan suatu daerah.
Perlu dipikirkan bagaimana create economies of scale dari produk daerah sehingga ketika barang bergerak dari satu daerah ke pasar harus ada skala yang ideal. Pengelola Rumah Kita perlu mengetahui modelling dari behavior supply and demand. Seperti prediksi terhadap pattern konsumsi ataupun hasil panen. Seperti momentum emas menjelang hari raya keagamaan harus match dengan jadwal masa tanam hingga panen komoditas. Semua itu harus terkelola dengan baik oleh Rumah Kita.
Mencetak SDM Logistik Berkualitas Global
Volume perdagangan nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja logistik. Sayangnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang logistik masih memprihatinkan sehingga perlu ditingkatkan. Kebutuhan tenaga-tenaga yang kompeten di sektor logistik tidak hanya diperlukan untuk pengembangan Sistem Logistik Nasional, tetapi juga dalam menghadapi liberalisasi tenaga kerja.
Perlu strategi yang mampu mengembangkan SDM dengan kompetensi dan profesi logistik berstandar internasional. SDM logistik yang terpercaya baik pada tingkat operasional, manajerial dan strategis, dan mencukupi kebutuhan nasional untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas kinerja sistem logistik nasional.
Untuk mengembangkan SDM logistik perlu dilakukan klasifikasi dan penjenjangan profesi logistik. Serta pendirian lembaga pendidikan logistik baik melalui jalur akademik, jalur vokasi, maupun jalur profesi. Untuk mewujudkan pelaku logistik dan penyedia jasa logistik yang mampu menjadi pemain lokal kelas dunia perlu mendirikan program studi atau prodi logistik di Perguruan Tinggi. Sehingga bisa dihasilkan sarjana logistik yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menangani berbagai bidang logistik seperti di antaranya transporting, warehousing, freight forwarding, export-import, cargo and shipping, logistics information service, taxation, dan lain-lain.
Jika perguruan tinggi di Malaysia sudah melakukan Kerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka seperti MIT Amerika Serikat. Dan telah berhasil menggenjot indeks logistik di Malaysia di atas Indonesia, maka tidak salah jika Indonesia mengikuti langkahnya. Salah satu negara yang patut dipertimbangkan oleh Indonesia adalah Jerman.
Karena negara itu tepat sebagai tujuan belajar dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi logistik. Saat ini Jerman adalah negara terdepan dalam efisiensi logistik dan sangat ramah untuk berbagi pengetahuan bahkan alih teknologi. Ilmu logistik di Jerman merupakan salah satu bidang yang sangat pesat perkembangannya. Tidak kurang dari 162 perguruan tinggi di Jerman menawarkan studi terkait logistik.
Seperti misalnya Bremen yang merupakan negara bagian yang memiliki industri klaster logistik terkemuka di dunia yang didukung oleh lembaga riset logistik dan beberapa perguruan tinggi yang menawarkan berbagai bidang studi logistik. Apalagi Bremen sudah melakukan kerjasama dan alih teknologi maupun kerjasama riset dengan kota di Indonesia, seperti dengan kota Makassar. (TS)