Menanti Kelahiran Kementerian Logistik
Bangsa yang kaya sumber daya alam (SDA) jika tidak memiliki sistem logistik yang baik bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas, nilai tambah rendah dan penyerapan tenaga kerja lokal yang kurang optimal. Logistik telah menjadi disiplin ilmu yang vital dan melibatkan teknologi terkini. Sehingga perlu memperbanyak lembaga pendidikan logistik baik terkait dengan teknologinya serta aspek ekonomi dan dampak lingkungan.
Profesor Hirohito Kuse, Guru Besar Fakultas Sistem Distribusi dan Logistik Universitas Ryutsu Keizai, Jepang menyatakan bahwa mengurus transportasi manusia lebih mudah daripada transportasi barang. Kompleksitas urusan logistik barang sebaiknya ditangani oleh Kementerian tersendiri. Kondisi objektif bangsa Indonesia saat ini sebaiknya menjadikan Kementerian Perhubungan hanya mengurus angkutan orang saja.
Dalam transportasi manusia, satuan ukuran yang digunakan hampir semua sama. Jenis atau klasifikasi manusia tidak banyak. Satuan ukuran manusia umumnya hanya jumlah orang atau berat. Sementara satuan barang, ukurannya sangat beragam. Ukuran berat seperti kilogram dan tonase. Ukuran volume seperti kubik, liter, container, pallet, dan lain-lain.
Demi terwujudnya kemakmuran dalam waktu yang lebih cepat, rakyat menanti kelahiran Kementerian Logistik dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang akan datang. Apakah kementerian ini bisa lahir atau mengalami aborsi dan tetap sebatas gagasan ?
Indeks Kinerja Logistik
Kinerja logistik Indonesia hingga kini belum menggembirakan. Pemerintahan mendatang perlu membentuk Kementerian Logistik dan mengadakan pendidikan program studi ( prodi ) logistik di beberapa kota. Perlu lembaga pendidikan atau perguruan tinggi logistik yang menyelenggarakan program vokasi hingga sarjana untuk mencukupi SDM logistik nasional.
Pembentukan Kementerian Logistik juga bisa menyempurnakan Program Tol Laut yang hingga kini belum optimal. Jika sektor logistik ditransformasikan dengan infrastruktur yang sesuai dengan teknologi terkini dan ditangani oleh SDM yang berdaya saing global, niscaya pengelolaan SDA nasional menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memperluas lapangan kerja.
Kinerja logistik suatu negara diukur melalui Indeks Kinerja Logistik (Logistic Performance Index/LPI). LPI merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dan keberlanjutan sistem logistik suatu negara atau wilayah. Metode tersebut dipublikasikan oleh World Bank. Proses penyusunan LPI melibatkan perusahaan kelas dunia dan pakar logistik guna mengukur aspek-aspek penting logistik seperti infrastruktur transportasi, layanan logistik, peraturan, dan efisiensi proses bisnis. Penilaian LPI memiliki skala 1 sampai dengan 5. Bank Dunia mulai memperkenalkan Indeks Kinerja Logistik pada 2007 dan menerbitkan secara berkala setiap tahun.
Perubahan data dan metodologi maupun skor dan peringkat ditentukan berdasarkan bobot indikator yang relevan terus dilakukan perbaikan setiap edisi. Hal Informasi dari indeks ini membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem logistik serta mendorong perbaikan dan peningkatan efisiensi.
Dalam LPI 2023, Indonesia memiliki skor total 3,0 atau berada di peringkat 61. Nilai tersebut sedikit menurun dibandingkan LPI 2018 (skor 3,15 atau peringkat 46), namun masih lebih baik jika dibandingkan LPI 2016 (skor 2,98 atau peringkat 63). Jika dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country) yang hanya berada di kisaran 2,54, Indonesia masih tergolong di atas rata-rata.
Namun jika dibandingkan dengan negara mitra yang memiliki pertumbuhan tergolong tinggi di Asia seperti Tiongkok (skor 3,7 atau peringkat 19) dan India (skor 3,4 atau peringkat 47), serta negara-negara ASEAN seperti Singapura (skor 4,14 atau peringkat 1), Malaysia (skor 3,43 atau peringkat 32), dan Thailand (skor 3,26 atau peringkat 45), maka pemerintahan baru Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat terkait kinerja logistik.
Peran Strategis Kementerian Logistik
Sekedar catatan, pertumbuhan sektor logistik dunia terhadap persentase PDB mencapai 15 persen. Dengan nilai kontrak mencapai 350 miliar dolar Amerika per tahun. Kinerja logistik nasional yang masih tertinggal oleh negara macan ASEAN harus segera dibenahi. Bisnis logistik nasional masih belum optimal karena hanya sebatas proses distribusi produk akhir yang nilai ekonomisnya kurang berarti. Selain itu kegiatan atau bisnis logistik banyak dilakukan secara konvensional dengan infrastruktur yang sudah tertinggal.
Masalah laten yang menjerat sistem logistik adalah manajemen rantai pasok yang kurang efisien akibat kelambatan dan masih adanya hambatan di pelabuhan. Bisnis jasa logistik di negeri ini juga terkendala oleh masalah teknologi dan investasi pergudangan. Perlu membangun infrastruktur pergudangan untuk mendukung Program Kementerian Logistik. Kementerian juga perlu memperbaiki Program logistik yang bertajuk Rumah Kita yang pada awal Pemerintahan Jokowi pernah diluncurkan tetapi kini belum berjalan optimal.
Kementerian Logistik juga bertugas mewujudkan insourcing bagi entitas pasar di daerah terpencil. Kementerian juga mewujudkan manajemen pergudangan yang mengadopsi sistem perusahaan Wal Mart yang saat ini memiliki mekanisme pergudangan yang paling efektif di dunia.
Peran BUMN dan BUMD yang bergerak di bidang logistik seperti PT Pelindo, PT POS dan lain-lain seperti pengelola pasar tradisional dan UMKM sebaiknya digabung dengan Kementerian Logistik. Eksistensi Kementerian Logistik mampu melahirkan value-creation dan kerjasama dengan mitra strategis yang memiliki jaringan global. Yang meliputi supplier, produsen dan end-user. Sehingga akan terbentuk sistem logistik kelas dunia di pusat dan daerah.
Kementerian tersebut juga bisa meningkatkan jaringan melalui berbagai asosiasi bisnis di antaranya Kadin Indonesia dan sosialisasi dengan Pengusaha Penyedia Depo Petikemas, Pergudangan, Lapangan Penumpukan Petikemas (APTESINDO), Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI), dan Gabungan Importir Seluruh Indonesia (GINSI).
Tantangan pengembangan sektor logistik nasional kuncinya terletak pada kompetensi SDM logistik, infrastruktur dan strategi nasional terkait pengelolaan dan penguasaan kelautan.Usaha memacu perdagangan sangat tergantung kepada sistem logistik. Perlu menetapkan produk atau komoditas penggerak utama dalam suatu tatanan jaringan logistik dan rantai pasok, tata kelola, dan tata niaga yang efektif dan efisien. Produk dan komoditas penggerak itu juga perlu aktif mengikuti pameran regional hingga global.
Sistem logistik yang berupa gudang terintegrasi tersebut bertajuk "Rumah Kita" mulai beroperasi pada Maret 2017. Namun hingga kini eksistensinya belum optimal. Untuk tahap pertama ditetapkan lokasi Rumah Kita di 13 tempat yakni di Kepulauan Nias, Mentawai, Natuna, Sanggate, Dompu, Waingapu, Rote, Kalabahi, Tahuna, Namlea, Saumlaki, Manokwari dan Timika. Keberadaan Rumah Kita tidak sekedar gudang untuk menumpuk barang, tetapi memiliki fungsi logistik terintegrasi yang mampu mengonsolidasikan produk lokal agar bisa langsung di ekspor tanpa harus melalui Pulau Jawa.
Sistem Logistik Rumah Kita memadukan antara kinerja pelabuhan dan armada kapal dengan entitas pasar komoditas lokal yang andal. Aspek keandalan pasar komoditas juga menyangkut sistem konektivitas perdagangan, insourcing, dan ketersediaan SDM logistik dengan kompetensi yang tinggi. Sistem insourcing termasuk teknologi pengolahan dan pengemasan produk atau komoditas unggulan suatu daerah.
Perlu dipikirkan bagaimana create economies of scale dari produk daerah sehingga ketika barang bergerak dari satu daerah ke pasar harus ada skala yang ideal. Pengelola Rumah Kita perlu mengetahui modelling dari behavior supply and demand. Seperti prediksi terhadap pattern konsumsi ataupun hasil panen. Seperti momentum emas menjelang hari raya keagamaan harus match dengan jadwal masa tanam hingga panen komoditas. Semua itu harus terkelola dengan baik oleh Rumah Kita.
Mencetak SDM Logistik Berkualitas Global
Volume perdagangan nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja logistik. Sayangnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang logistik masih memprihatinkan sehingga perlu ditingkatkan. Kebutuhan tenaga-tenaga yang kompeten di sektor logistik tidak hanya diperlukan untuk pengembangan Sistem Logistik Nasional, tetapi juga dalam menghadapi liberalisasi tenaga kerja.
Perlu strategi yang mampu mengembangkan SDM dengan kompetensi dan profesi logistik berstandar internasional. SDM logistik yang terpercaya baik pada tingkat operasional, manajerial dan strategis, dan mencukupi kebutuhan nasional untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas kinerja sistem logistik nasional.
Untuk mengembangkan SDM logistik perlu dilakukan klasifikasi dan penjenjangan profesi logistik. Serta pendirian lembaga pendidikan logistik baik melalui jalur akademik, jalur vokasi, maupun jalur profesi. Untuk mewujudkan pelaku logistik dan penyedia jasa logistik yang mampu menjadi pemain lokal kelas dunia perlu mendirikan program studi atau prodi logistik di Perguruan Tinggi. Sehingga bisa dihasilkan sarjana logistik yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menangani berbagai bidang logistik seperti di antaranya transporting, warehousing, freight forwarding, export-import, cargo and shipping, logistics information service, taxation, dan lain-lain.
Jika perguruan tinggi di Malaysia sudah melakukan Kerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka seperti MIT Amerika Serikat. Dan telah berhasil menggenjot indeks logistik di Malaysia di atas Indonesia, maka tidak salah jika Indonesia mengikuti langkahnya. Salah satu negara yang patut dipertimbangkan oleh Indonesia adalah Jerman.
Karena negara itu tepat sebagai tujuan belajar dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi logistik. Saat ini Jerman adalah negara terdepan dalam efisiensi logistik dan sangat ramah untuk berbagi pengetahuan bahkan alih teknologi. Ilmu logistik di Jerman merupakan salah satu bidang yang sangat pesat perkembangannya. Tidak kurang dari 162 perguruan tinggi di Jerman menawarkan studi terkait logistik.
Seperti misalnya Bremen yang merupakan negara bagian yang memiliki industri klaster logistik terkemuka di dunia yang didukung oleh lembaga riset logistik dan beberapa perguruan tinggi yang menawarkan berbagai bidang studi logistik. Apalagi Bremen sudah melakukan kerjasama dan alih teknologi maupun kerjasama riset dengan kota di Indonesia, seperti dengan kota Makassar. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H