Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Filosofi Deng Xiaoping untuk Kabinet Presiden Prabowo

8 Mei 2024   20:26 Diperbarui: 8 Mei 2024   20:29 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembentukan kabinet Zaket Presiden Prabowo (sumber KOMPAS.id )

Filosofi Deng Xiaoping untuk Kabinet Presiden Prabowo

Wacana tambah Kementerian bagi pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto mulai mengemuka di kalangan elit politik. Namun, rakyat menyambut dingin wacana terkait postur kabinet Prabowo. Ada rasa khawatir jika terlalu gemuk justru pemerintahan kurang efektif dan anggaran negara banyak tersedot untuk birokrasi.

Efektivitas pemerintahan sangat penting untuk meraih predikat bangsa yang maju. Menurut kaidah yang berlaku di dunia, Indonesia bisa menjadi negara maju dengan syarat masuk dalam kategori negara berpendapatan tinggi (High Income Country/HIC) dengan pendapatan perkapita 15 ribu dollar AS.

Untuk menjadi bangsa yang maju tidak ditentukan oleh postur kabinet semata. Untuk itu mutlak dibutuhkan SDM bangsa yang mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang stabil tinggi dengan sumber pertumbuhan yaitu sektor manufaktur yang tangguh dan bernilai tambah tinggi.

Poster raksasa Deng Xiaoping di kota Qingdao, China Utara (Gambar : WU HONG/EPA via KOMPAS.com)
Poster raksasa Deng Xiaoping di kota Qingdao, China Utara (Gambar : WU HONG/EPA via KOMPAS.com)

Filosofi Deng Xiaoping

Berbicara masalah efektifitas pemerintahan menuju negara maju alangkah baiknya memahami filosofi atau filsafat pemimpin besar Rakyat Tiongkok Deng Xiaoping. Karena Tiongkok kini sudah menjadi negara maju dan terkuat ekonominya di dunia.

Rakyat Indonesia merasakan selama ini gaya kepemimpinan pusat hingga sebagian besar kepala daerah masih bersifat mediokrasi. Yakni kondisi manajemen pemerintahan yang kurang totalitas. Dalam pergaulan bangsa-bangsa kita bisa melihat gaya kepemimpinan sebuah bangsa yang sangat progresif dalam meraih kemajuan. 

Contohnya adalah gaya kepemimpinan di Tiongkok. Yang pada era 90-an Tiongkok masih tergolong miskin dengan produk domestik bruto per kapita masih dibawah seribu dollar AS. Kini,Tiongkok telah menjadi bangsa yang kuat dan sangat berpengaruh dalam dinamika perekonomian dunia. Kejayaan Tiongkok terwujud karena adanya totalitas kerja pemerintahan dari segala lini.

Ada filosofi tentang totalitas untuk pejabat di Tiongkok yang telah dirumuskan oleh Deng Xiaoping. Hal itu bisa kita pelajari dalam buku yang berjudul "Deng Xiaoping and the Transformation of China", Karya Erra F Vogel, Profesor Social Sciences Emeritus dari Harvard yang sebelumnya Direktur Center for East Asian Research and Asia Center.

Buku tersebut juga menggambarkan perjalanan Deng Xiaoping sejak era revolusi dan tantangan yang dihadapi Deng ketika melakukan transformasi Tiongkok dari "One Country with Communism as a Single Systems and Ideology" menjadi "One Country Two Systems". Dimana prinsip kapitalisme bisa berjalan seiring dengan sosialisme.

Para pengganti Deng yakni Jiang Zemin bersama Li Peng dan Yang Shankun semakin meneguhkan filosofi totalitas kerja para pejabat Tiongkok hingga kader partai di tingkat desa. Waktu membuktikan bahwa tiga sosok pengganti Deng merupakan trio pemimpin yang mampu membawa Tiongkok ke arah transformasi ekonomi yang luar biasa. 

Pertumbuhan ekonomi dua digit dapat terjadi secara berkesinambungan di Tiongkok. Buah dari filosofi totalitas kerja yang telah dirumuskan oleh Deng maka Tiongkok kini bisa berdansa dengan perubahan zaman di tengah perubahan lingkungan strategis dan perubahan peta geopolitik dunia.

Ilustrasi pitching kandidat menteri kabinet ( sumber Koran Tempo ) 
Ilustrasi pitching kandidat menteri kabinet ( sumber Koran Tempo ) 

Pitching Kandidat Menteri

Kabinet gembul atau langsing yang akan dibentuk oleh Prabowo membutuhkan sosok menteri yang harus mampu membuat konsep untuk menjangkau ekosistem Indonesia 2029 dengan berbagai tantangannya. Untuk itu para kandidat menteri harusnya terlebih dahulu melakukan semacam"pitching" atau presentasi layaknya fit and proper test yang menyajikan purwarupa Indonesia ke depan terkait dengan portofolio Kementerian masing-masing. Dalam pitching tersebut kandidat Menteri harus bisa menyemangati bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemajuan dalam milestones yang cepat.

Purwarupa atau padanan istilahnya adalah arketipe. Dalam bidang desain produk penerbanagn purwarupa merupakan sebuah prototipe. Yang dibuat sebelum diproduksi massal atau dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala yang sebenarnya. Eksistensi prototipe sangat menentukan kecepatan produksi dan keunggulan produk menghadapi pesaingnya.

Kemampuan para kandidat menteri dalam menyusun purwarupa portofolio kementeriannya mendatang menjadi tolok ukur integritas, kapasitas dan kompetensi dirinya. Purwarupa Indonesia kedepan hingga 2029 sangat penting, karena dalam menjalankan pembangunan bangsa pada saat ini tidak ada lagi Gari Besar Haluan Negara (GBHN) yang disusun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Saya mendengar inner circle Prabowo optimis Indonesia dibawah Prabowo mampu menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita mencapai 15 ribu dollar AS. Namun di luar inner circle Prabowo banyak yang berpendapat bahwa optimisme itu bagaikan peribahasa "cebol nggayuh langit" .

Dibutuhkan semangat dan nilai baru yang lebih relevan dengan perkembangan zaman. Kemajuan bangsa bisa terwujud dengan mentalitas kerja keras dan terus menerus berpikir cerdas. Semua itu demi berhasilnya proyeksi Indonesia 2030. Kita perlu berpikir keras, dan terus berinovasi sembari terus melakukan tinjauan perekonomian Indonesia hingga 2030.

Kunci untuk menjadi bangsa maju dan mampu melepaskan bangsa dari kondisi keterpurukan adalah adanya kepemimpinan yang efektif di segala lini. Apakah Prabowo mampu menjadi pemimpin yang efektif di segala bidang ? Mengingat kepemimpinan nasional maupun daerah yang eksis sekarang ini banyak yang tidak efektif karena kurangnya totalitas kerja.

Keniscayaan, menghadapi tantangan era sekarang ini rakyat Indonesia membutuhkan gaya kepemimpinan yang bisa mengelola pemerintahan penuh totalitas, progresif dan berbekal seribu akal sehingga bisa lebih cepat dan lebih detail. Pentingnya sense of detail untuk menetapkan milestones program pembangunan dengan baik lalu menjalankannya secara meyakinkan, cepat dan efisien. Secara analogi gambaran terhadap kerja detail seorang pejabat mirip dengan peran komandan penerjun payung pasukan elite yang harus cepat, detail dan teliti dalam menjalankan misinya.

Ilustrasi kabinet Zaken ( Sumber KOMPAS.id )
Ilustrasi kabinet Zaken ( Sumber KOMPAS.id )

Menteri Jangan Tergantung Staf Ahli

Selama ini Rakyat semakin prihatin melihat modus kerja sambilan dan rangkap jabatan yang banyak dilakukan oleh pejabat pemerintah, khususnya menteri. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian seperti ini betapa pentingnya mewujudkan kerja detail seorang pejabat. Kinerja pejabat hendaknya jangan tergantung kepada staf ahli. 

Selama ini kantor Kementerian, Gubernur, Bupati/Walikota penuh sesak dengan staf ahli resmi maupun staf ahli jadi-jadian. Mestinya pejabat negara tidak perlu dikerubuti oleh staf ahli. Karena pada era platform digital sekarang ini dirinya bisa mengakses dan mengolah data dan informasi secara cerdas dan realtime. Juga bisa memberikan directive secara cepat dan detail dengan berbagai format kepada struktur dinas yang terkait.

Apalagi sekarang sudah banyak platform digital yang bisa membantu pengambilan keputusan secara andal. Totalitas kerja pemerintahan sebenarnya sangat terbantu dengan platform yang berkembang pesat pada saat ini. Platform tersebut semakin membuat gaya kepemimpinan menjadi artikulatif. Sehingga faktor-faktor manajerial lebih terkelola dengan cepat.

Sederet staf ahli yang kebanyakan diambil dari kroni partainya justru akan menimbulkan konflik kepentingan dan menimbulkan modus korupsi anggaran. Staf ahli Menteri hingga kepala daerah selama ini dibentuk dengan job deskripsi yang kurang signifikan dan mengada-ada. Efektivitas pemerintahan sering terjerat oleh sepak terjang staf ahli di sekitar pejabat yang notabene adalah kaki tangan partai politik pendukungnya. Sungguh ironis, jika banyak pejabat yang gemar menangani persoalan di rumahnya dengan staf ahlinya.

 Apalagi, kompetensi dan integritas staf ahli itu sangat tidak memadai dan tampak sektarian. Padahal, sejarah telah menunjukkan bahwa para pemimpin pemerintahan maupun korporasi senantiasa mengoptimalkan peran staf struktural sepanjang waktu. Hal itu untuk mengakselerasikan kebijakannya sehingga melahirkan energi kolektif yang baik. Mestinya staf struktural pejabat pemerintah pusat dan daerah difungsikan lebih optimal sehingga terwujud efektivitas pemerintahan yang ditunjang oleh platform yang canggih. (TS)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun