Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menuju Negeri Harapan Lewat Jalan Sudirman

27 April 2024   19:26 Diperbarui: 27 April 2024   19:39 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Panglima Besar Sudirman di ruang rapat Kemhan (dokumen pribadi) 

Menuju Negeri Harapan Lewat Jalan Sudirman

Spirit dan nilai patriotisme Sudirman nampaknya bakal menjadi "The Indonesian Way" bagi pemerintahan baru. Hal itu terlihat dari kekaguman Presiden terpilih Prabowo Subianto terhadap sosok Panglima Besar Jenderal Sudirman. Lukisan dan foto Pak Dirman, sang Generalisimo sejati itu nampaknya menjadi inspirator besar sehingga dipasang di kantor, ruang rapat bahkan di ruang pribadi dan rumahnya.

Prabowo mengagumi Sudirman tidak sekedar sebagai sesama patriot bangsa. Namun juga terkait dengan kepribadian, visi bela Tanah Air, dan kegigihan dalam perjuangan serta keteguhan sikap Sudirman yang telah tertulis dalam tinta emas sejarah. Sejarah menunjukkan bahwa Panglima Besar Sudirman adalah sosok yang panjang akal, punya banyak jalan untuk membela bangsanya, kokoh dalam pendirian dan menjunjung tinggi martabat negara.

Saat peristiwa Agresi Militer Belanda kedua tahun 1948 sebenarnya Pak Dirman telah menyiapkan tempat perlindungan khusus kepada Presiden Soekarno dengan sistem keamanan yang paripurna yang dijamin dengan jiwa dan raga segenap prajurit TNI. Panglima Besar mengajak Presiden untuk ikut bergerilya menghadapi penjajah. Tak sudi melihat pemimpin tertinggi bangsanya ditawan oleh musuh.

Namun ternyata Presiden menempuh jalan berbeda, bersedia menjadi tawanan musuh. Dalam kondisi seperti itu Pak Dirman teguh dalam perjuangan memimpin perang gerilya dengan kondisi tubuh ditandu. Pak Dirman dan stafnya melakukan long march hingga sampai di Gunung Wilis, tepatnya di Desa Bajulan Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Di Desa Bajulan tersebut Pak Dirman dan stafnya menetap cukup lama tanpa bisa diendus oleh pasukan Belanda.

Beberapa hari sebelum hari pencoblosan Pemilu 2024 saya menghadiri acara di Kementerian Pertahanan RI di jalan Medan Merdeka Barat untuk berdiskusi dan mendengar paparan langsung Prabowo Subianto terkait dengan transformasi bangsa, penguasaan Iptek dan solusi terhadap paradoks yang selama ini menempel bangsa ini.

Di pintu masuk ruang rapat Menhan saya melihat lukisan besar tentang Panglima Besar Sudirman di tengah pasukannya yang sedang apel di sekitar Candi Borobudur. Lukisan berukuran besar itu tampak seperti hidup. Memancarkan spirit kebangsaan kepada setiap orang yang memandang. Dalam lukisan itu pak Dirman tampak sederhana namun penuh wibawa. Sosok yang pantas menyandang generalisimo sejati atau jenderal besar bintang lima. Di benua Asia telah lama bersimbah dengan tradisi peperangan mengusir kolonialisme dan imperialisme selain Pak Dirman juga ada yang berpredikat Generalisimo sejati, yakni Chiang Kai-shek dan Vo Nguyen Giap. Dua duanya menorehkan sejarah tebal yang gilang gemilang bagi bangsanya. Chiang Kai-shek telah bertahun tahun berperang melawan Jepang di daratan Cina, sedang Vo Nguyen Giap dikenal sebagai tokoh perang gerilya modern di Vietnam yang mampu mempecundangi serdadu Perancis dan membikin pasukan AS lari terbirit-birit keluar dari Vietnam pada 1975.

Situasi politik Indonesia saat ini diwarnai dengan pembicaraan tentang postur kabinet dan calon menteri yang bakal duduk di pemerintahan Prabowo. Setelah pemilu usai selalu ada dua arus pemikiran yang berseberangan mengenai format dan tipe kabinet yang bakal dibentuk oleh presiden terpilih. Arus pemikiran yang pertama kabinet diwarnai oleh person non-partai, yakni dari kalangan profesional murni. Sedang arus lainnya berpegang pada sistem kompromi dan konsensus antar parpol. Baik yang pertama maupun kedua, tentunya merupakan sosok kompeten yang mesti memahami spirit "Jalan Sudirman" sebagai landasan pembangunan bangsa di setiap portofolio kementerian.

Profesional murni yang dijadikan menteri biasanya tidak bisa bermain politik. Jalan tengah yang dapat menjadi alternatif dan menutup kelemahan diatas adalah mengambil seorang profesional murni yang track recordnya terbukti dan pernah melakukan dialektika yang intens dengan partai politik. Karena suka atau tidak suka dimasa mendatang partai politik adalah sekolah kepemimpinan sipil yang bernafas kerakyatan.

Di sekolah itu seorang profesional murni akan mendapatkan test case untuk menciptakan problem solving, melakukan negosiasi yang fair, komunikasi berbasis masa, mengaplikasikan manajemen krisis dan mengendalikan manajemen konflik. Dengan jalan itulah seorang profesional murni dapat dengan baik melaksanakan jabatan menteri atau birokrasi pemerintah lainnya. Karena mampu mempertahankan integritasnya dengan dituntun hati nurani yang berpihak kepada nilai-nilai kerakyatan.

Presiden Prabowo Subianto tentunya sudah memiliki mekanisme dan cara untuk melakukan Fit and Proper test untuk memilih sosok menteri yang akan menjadi pembantunya. Presiden terpilih tentunya juga memiliki pedoman kebangsaan "The Indonesian Way" sebagai jalan untuk menuju negeri harapan yang dicita-citakan oleh para pendiri RI. Jalan Sudirman merupakan manifestasi The Indonesian Way sebagai bentuk kekaguman Prabowo terhadap Panglima Besar Sudirman. Terlebih perjalanan Indonesia ke depan sangat membutuhkan gaya manajemen pemimpin negara yang mampu mengelola pemerintahan lebih cepat dan lebih detail. Diharapkan "Jalan Sudirman" menjadi grand strategy perekonomian serta mendorong sense of detail dari para penyelenggara negara.

Jalan Sudirman yang merupakan The Indonesian Way yang digariskan oleh Presiden Prabowo tentunya sarat spirit daya juang bangsa dan solusi kebangsaan. Harus bisa menjadi nilai kebangsaan yang diakselerasi sense of detail dari para birokrasi pemerintahan, mulai dari menteri hingga pejabat daerah. Signifikansi Sense of detail adalah untuk menetapkan milestones pembangunan dengan baik lalu menjalankannya secara meyakinkan, cepat dan efisien.

Nilai-nilai "Jalan Sudirman" diharapkan bisa menjadi navigator untuk mengatasi stagnasi program dan menggenjot produktivitas bangsa. Navigator itu juga bisa mewujudkan Indonesia incorporated yang berdaya inovasi dan memiliki daya saing global. Pada prinsipnya sistem pemerintahan dan sumber daya masa depan sedang menuju sistem yang saling terkait dan dilengkapi bermacam aplikasi cerdas. Sistem tersebut membuat gaya kepemimpinan semakin artikulatif dan efektif. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun