Meskipun APBN negeri ini belum mampu memuliakan kehidupan lansia, namun ilmu atau sistem Gerontologi harus menjadi perhatian utama dan mesti segera dirumuskan dengan kondisi yang ada.
Seperti misalnya pemberian makan pagi, siang dan sore kepada lansia secara gratis. Juga susu gratis untuk lansia supaya masalah kesehatan lansia bisa membaik. Pemerintah perlu memperbanyak panti-panti jompo hingga ke desa atau kelurahan.
Presiden terpilih Prabowo Subianto yang notabene juga termasuk sosok lansia perlu memberi perhatian besar kepada lansia secara sistemik berdasarkan ilmu Gerontologi.
Sekedar catatan, Gerontologi (Inggris: Gerontology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu: geros yang berarti lanjut usia dan logos yang berarti ilmu. Maka secara etimologis gerontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang orang lanjut usia (lansia).
Kendati terdengar sederhana dan singkat, definisi tersebut memiliki cakupan yang sangat luas karena masalah penuaan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor dan aspek serta mempengaruhi banyak bidang dan segi kehidupan.
Para ahli Gerontologi (Gerontologist) yang memiliki latar belakang disiplin ilmu yang beragam bersinergi menangani masalah lansia di negeri ini. Mereka adalah para peneliti dan praktisi di bidang biologi, medis, psikologi, kriminologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, hukum, sosial politik dan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Para ahli Gerontologi menerapkan ilmu dan segenap pengetahuan yang mereka miliki untuk membantu para lansia menjalani kehidupan yang baik, sejahtera dan bahagia.
Mereka mengadakan pelatihan bagi para lansia; mendidik masyarakat umum untuk turut serta mendorong dan memfasilitasi para lansia tetap aktif dan produktif; Melakukan penyuluhan tentang cara-cara yang baik untuk merawat para lansia; mengadvokasi terciptanya kebijakan publik yang mengakomodir hak-hak para lansia dan terciptanya hukum yang menjamin perlindungan bagi para lansia.
Masih hangat dalam ingatan public pernyataan kontroversial Menteri Keuangan Jepang Taro Aso terkait dengan eksistensi lansia yang menjadi beban berat. Pernyataan Taro Aso yang menyarankan agar warga lansia Jepang untuk segera meninggal daripada menghabiskan uang negara untuk perawatan medis. Waktu itu sang menteri tersebut mengatakan hal itu dalam pertemuan Dewan Reformasi Jaminan Sosial disana yang sedang mengalami masalah pelik.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa penduduk usia tua adalah permasalahan pelik. Sekedar catatan, Jepang merupakan salah satu negara dengan penduduk usia tua yang jumlahnya sangat besar. Hampir seperempat dari total penduduknya berusia di atas 60 tahun. Angka tersebut diperkirakan akan naik hingga 40 persen untuk beberapa tahun kedepan. Pada saat bersamaan, jumlah pekerja muda menyusut drastis. Uniknya, Aso sendiri sudah mencapai 72 tahun. Dan dirinya menyatakan ingin cepat mati tanpa berlama-lama merepotkan keuangan negara.
Hal diatas merupakan indikasi bahwa negara maju sekalipun semakin kewalahan mengurus penduduk usia lanjut. Tampaknya Jepang mengalami kendala serius dalam mengurus lansia, Apalagi dengan Indonesia yang sistem jaminan sosialnya masih amburadul.