Pemerintahan hendaknya jangan main-main dengan nilai tukar rupiah. Ingatlah bahwa para pialang internasional pada saat ini sedang mengintai dan siap menerkam.Â
Pialang internasional seperti itu sangat gemar mengail di air keruh guna mengambil keuntungan besar. Kondisi Indonesia pada saat ini yang sedang dilanda krisis demokrasi akibat pemilu yang sarat gugatan serta sederet persoalan krusial lain yang mengarah kepada kondisi chaos jelas-jelas merupakan medium yang cocok bagi para pialang untuk mengail di air keruh.
Seperti banyak ditulis oleh media massa Amerika bahwa raja pialang dunia Soros selalu tertarik pada keadaan kacau (chaos). Karena dari situlah dirinya bisa mendapatkan tambang uang.Â
Soros mampu mengeruk keuntungan karena memahami proses revolusioner pasar finansial. Uang bisa didapat secara melimpah dengan memetik keuntungan dari terjadinya instabilitas dan dengan meraih dari suatu perkembangan terbaru yang tak terduga.Â
Esensi penting dari teknis investasi Soros terletak pada bagaimana menentukan dan memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di pasar dan mampu berpikir dengan cepat dan tepat.
Para pialang internasional juga memiliki gaya hidup sebagai kaum filantropis alias sang dermawan. Dirinya mengikuti rumusan sederhana yakni mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, kalau perlu sampai miliaran dolar, sebelum kemudian menyerahkan sebagian untuk ''institusi-institusi terkasih'' seperti yayasan, universitas dan perpustakaan guna mengeliminir kecaman publik. Sebagai spekulator dia meraup milyaran dollar dengan cara mengguncang pasar suatu negara.
Dia juga pernah membuat marah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, yang kemudian menudingnya sebagai penjahat nomor wahid. Tetapi Soros berbuat seperti diatas karena jengkel dengan sikap pemerintahan negara ASEAN yang menyokong diktator militer Myanmar yang gemar menindas demokrasi.Â
Sebagai orang yang selamat dari holocaust, dia menghabiskan ratusan juta dollar dari koceknya untuk mendukung berkembangnya paham demokrasi.Â
Bentuk-bentuk penindasan kepada kelompok atau aliran agama serta kesombongan rezim penguasa bisa jadi akan membuat merah telinga Soros. Lantas menyerang mata uang hingga hancur lebur seperti kondisi tahun 1997 yang lampau. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H