Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Air Mata di Hari Air, Sungai Dicengkeram Limbah dan Tanggul yang Ringkih

22 Maret 2024   12:52 Diperbarui: 22 Maret 2024   17:14 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memperbaiki tanggul Sungai Wulan yang jebol (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Metode pembangunan sungai yang dijalankan pemerintah kurang berbasis ekohidrologi. Kondisinya semakin menyedihkan ketika proyek pembangunan sungai banyak diwarnai modus korupsi dan pemborosan anggaran. Indonesia perlu belajar pembangunan sungai dari negara lain.

Pembangunan sungai di negara industri maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Eropa telah mengalami tiga tahap pengelolaan sungai, yaitu tahap pembangunan sungai (river development), tahap mengalami dan mempelajari dampak pembangunan sungai yang dilakukan sebelumnya (impact of river development) dan tahap restorasi atau renaturalisasi sungai-sungai yang telah dibangun sebelumnya (river restoration).

Metode pembangunan sungai tahap pertama pada umumnya menekankan aspek hidrologi murni, sehingga cenderung mengalami kegagalan dan menimbulkan bencana alam berulang kali. 

Metode ini kurang mempertimbangkan aspek ekologi dan dampak yang akan terjadi setelah pembangunan. Metode ini telah merubah kenampakan alami dan alur alamiah sungai menjadi buatan yang berbentuk trapesium dengan alur relatif lurus. Sedangkan metode pembangunan pada tahap terakhir bersifat integral yang berbasis ekohidrologi.

Celakanya di Indonesia, sebagian besar metode pembangunan sungainya masih menggunakan metode tahap pertama river development yang dikerjakan hanya sepotong-sepotong dan sarat korupsi. Selain itu pembangunan infrastruktur seperti tanggul sungai konstruksinya kurang berkualitas sehingga mudah jebol lalu menyebabkan banjir.

Memperbaiki tanggul Sungai Wulan yang jebol (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)
Memperbaiki tanggul Sungai Wulan yang jebol (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Pembenahan Tanggul Sungai

Kasus jebolnya ruas tanggul sungai menyebabkan banjir besar. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kabupaten Demak dan Kudus. Mestinya dilakukan inspeksi tanggul sungai setiap saat untuk mengetahui apakah kondisinya kuat menerima tekanan aliran sungai yang sedang meluap.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kondisi tanggul sepanjang daerah aliran sungai (DAS) banyak yang rusak. Tak hanya tanggul DAS, kerusakan juga menimpa tanggul-tanggul saluran irigasi. Ironisnya hal itu dibiarkan begitu saja dalam waktu yang cukup lama hingga puncak musim hujan tiba.

Apalagi debit air sungai setiap waktu selalu bertambah karena ada kerusakan alam di daerah hulu. Kasus tanggul sungai yang jebol yang menyebabkan banjir besar di wilayah pantai utara sebenarnya sudah bisa diprediksi.

Pada bulan puncak musim hujan kapasitas debit air sungai bisa mencapai 1.100 meter kubik per detik. Meskipun ada bendungan yang bisa mengurangi outflow-nya, tetapi tidak memadai lagi sehingga kelebihan volumenya meluap keluar DAS. Kondisinya menjadi riskan jika ada ruas tanggul yang jebol. Hal ini bisa menyebabkan banjir bandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun