Brain drain SDM kedirgantaraan tentunya akan mematikan industri kedirgantaraan nasional dan menyebabkan ketergantungan terhadap asing.
Alasan bahwa kedua proyek itu akan diganti dengan pengembangan tiga proyek pesawat nirawak (drone) sangat klise dan mengaburkan peta jalan industri dirgantara.
Apalagi postur 89 PSN baru senilai Rp 1.422 triliun, termasuk tiga proyek pesawat nirawak tersebut tanpa disertai portofolio kompetensi yang detail terkait dengan SDM teknologi nasional.
Penghapusan PSN bidang pesawat terbang memupus terwujudnya jembatan udara yang tangguh dan kemajuan teknologi antariksa nasional yang merupakan impian para pendiri bangsa Indonesia.
Penghapusan PSN bidang pesawat terbang merupakan keputusan politik yang menimbulkan tudingan di tengah rakyat bahwa itu merupakan pesanan asing agar tidak terwujud kolaborasi yang terstruktur dari pemangku kepentingan penerbangan nasional.
Pemerintahan baru hasil Pemilu 2024 perlu memperbarui Roadmap bidang kedirgantaraan nasional yang melibatkan empat kelompok pemangku kepentingan yaitu :
1. Industri Pesawat Terbang, yang diantaranya melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Regio Aviasi Industri (PT RAI) yang secara intens terlibat dalam pembahasan wahana, yaitu pesawat terbang yang akan dibuat oleh industri pesawat terbang nasional dan matriks dukungan pemerintah untuk aerospace industries.
2. Industri airline yang diantaranya melibatkan Kementerian Perhubungan dan Indonesia National Air Carrier Association (INACA), yang secara intens akan terlibat di dalam pembahasan tentang airline nasional dalam mendukung produk nasional.
3. Industri komponen yang diantaranya melibatkan Kementerian Perindustrian dan Inacom, yang secara intens akan terlibat dalam pembahasan tentang roadmap industri komponen pesawat terbang dalam melaksanakan perannya dalam rantai pasokan domestic maupun global.
4. Industri Maintenance Repair Overhaul (MRO) yang diantaranya melibatkan Kementerian Perindustrian dan Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA), yang secara intens akan terlibat di dalam pembahasan pengembangan MRO.
*) Penulis pernah bekerja di industri pesawat terbang. Anggota Indonesia Aeronautical Engineering Center (IAEC)