Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memaknai Etika Konfusius dan Perang Talenta

8 Februari 2024   14:04 Diperbarui: 9 Februari 2024   08:40 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Imlek yang identik dengan warna merah (sumber Kompas.com ) 

Sebenarnya WNI keturunan Tiongkok sejak awal kemerdekaan RI telah memiliki landasan tentang kebebasan melakukan kegiatan beribadah.

Pada 1946 Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat beragama No.2/OEM-1946 yang menetapkan 4 hari raya etnis Tionghoa yang terdiri dari Tahun Baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu yakni tanggal 18 bulan 2 Imlek, Ceng Beng dan hari lahirnya Khonghucu yakni tanggal 27 bulan 2 Imlek.

Pertama kali Imlek dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran Kongfuzi atau Confucius. Penentuan itu dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan Kongzili.

Saatnya bagi pelaku UMKM di tanah air untuk memetik potensi ekonomi Imlek. Potensi ekonomi yang muncul dari Imlek cukup signifikan. Mulai dari produk kerajinan, produk makanan, tanaman hias dan Pernak-pernik perhiasan. Industri kerajinan tangan yang membuat lampion di berbagai kota banyak dicari pembeli. Banyak kalangan memperkirakan tahun Naga Kayu adalah masa yang penuh dengan konfrontasi atau peperangan sengit. Oleh sebab itu dibutuhkan stamina, kecepatan, dan kepahlawanan.

Belakangan ini dunia banyak dilanda perang. Namun banyak yang kurang sadar telah terjadi peperangan untuk memperebutkan talenta.

Korporasi berebut SDM yang bertalenta hebat yang ada disegala penjuru dunia. Itu semua karena korporasi semakin mengandalkan pengetahuan dan memanajemen hasil inovasi dengan baik. Implikasi dari peperangan memperebutkan talenta adalah semakin pentingnya rekrutmen staf korporasi yang memiliki kekuatan untuk mengakselerasi misi korporasi dengan baik.

Rekrutmen pekerja di Tiongkok ( sumber : CNBC Indonesia )
Rekrutmen pekerja di Tiongkok ( sumber : CNBC Indonesia )

Dampak perang talenta adalah terjadinya transformasi manajemen talenta berupa transformasi model pengembangan karyawan. Yang dulu diwarnai dengan aktivitas recruit, train, supervise, dan restrain, kini ditransformasikan menjadi initiate, engage, collaborate, dan evolve ( menjalin, berkolaborasi, melibatkan dan mengembangkan ).

Aktivitas tersebut disertai dengan injeksi nilai-nilai korporasi seperti sikap percaya diri untuk berpikir besar dan menumbuhkan integritas diri dan team work yang kokoh. Pada saat ini, ada yang sangat menarik terkait dengan rekrutmen karyawan gaya Tiongkok yang benar-benar cepat dan sangat dinamis.

Ratusan juta buruh atau pekerja di Tiongkok yang saat liburan Imlek kali ini sedang melakukan ritual mudik ke kampung halaman dengan memamerkan tingkat kesejahteraan yang bisa dibanggakan, merupakan gambaran betapa hebatnya sistem atau tata kelola SDM di negeri Tiongkok. Dan dunia pun ikut kecipratan rejeki Imlek terkait dengan semakin banyaknya kelas menengah berlatar belakang karyawan korporasi berkompetensi tinggi yang berwisata keluar negeri sembari membelanjakan uangnya dalam jumlah yang cukup besar.

Fenomena sengitnya perang memperebutkan talenta bagi korporasi di Tiongkok juga terjadi. Itu terlihat pada penyelenggaraan bursa tenaga kerja ahli yang antara lain event Shenzhen General Talents Market yang sangat unik. Setiap harinya bursa tersebut diikuti oleh ratusan perusahaan besar yang merekrut karyawan berbakat dan langsung dipekerjakan keesok harinya. Sistem Talenta 4.0 di Tiongkok kini sangat sesuai dengan perekonomian yang berpacu dengan kecepatan penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun