Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Disergap Banjir karena Tak Mencintai Cikapundung

14 Januari 2024   12:05 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:33 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sisi Sungai Cikapundung (Gambar: adbang.bandung.go.id)

Menghidupkan spirit cinta sungai lewat Teras Cikapundung (Gambar : adbang.bandung.go.id)
Menghidupkan spirit cinta sungai lewat Teras Cikapundung (Gambar : adbang.bandung.go.id)

Spirit Cinta Sungai

Proyek penanggulangan banjir seperti apapun tidak akan optimal tanpa disertai dengan budaya cinta sungai. Wilayah negeri ini telah dibelah oleh ribuan sungai. 

Ironisnya, wawasan ilmu pengetahuan dan cara pandang bangsa ini terhadap sungai justru kurang visioner, kurang ilmiah, bahkan boleh dibilang kurang berbudaya. Meskipun memiliki ribuan sungai, namun ilmu pengetahuan tentang sungai belum berkembang secara baik.

Arti penting sungai telah dielaborasi oleh pakar geologi William Davis Morris (1880 ). Dia membuat teori yang mengatakan bahwa sungai dan lembahnya analog organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. 

Menurut teori Davis, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. 

Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang. 

Kemudian ilmu pengetahuan tentang sungai terus berkembang dengan teori Robert E.Horton yang mengklasifikasikan sungai berdasarkan tingkat kerumitan anak sungainya. Perilaku masyarakat dan kebijakan pembangunan di Indonesia sangat destruktif terhadap aliran sungai.

Perlu menyimak contoh teladan tokoh dan pemimpin dunia yang sangat visioner dalam hal sungai. Sejarah telah menunjukkan kepada kita tentang kegigihan Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt yang terlibat langsung dalam memimpin ekspedisi untuk memetakan potensi dan kekayaan sungai Amazon sekaligus menguak misteri yang menyelimutinya. Banyak negarawan dan tokoh dunia yang berusaha menumbuhkan budaya cinta sungai.

Para capres dan cawapres yang berkompetisi dalam Pemilu 2024 perlu memiliki visi budaya cinta sungai. Jangan sebatas membuat seremonial. Hingga kini masih jarang program yang memiliki greget dan bobot ilmiah untuk membentuk budaya mencintai sungai. 

Tak bisa dimungkiri, negeri ini sudah kehilangan cinta dan kearifan dan sangat lalim dalam memperlakukan sungai. Saatnya kita sadar, kerusakan sungai tidak bisa ditangani secara incremental di wilayah tertentu saja. Tetapi harus komprehensif dengan berbasis kaidah hidrologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun